DAFTAR ISI
BAB. I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
BAB. II.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pemerolehan Bahasa
B.
Teori – teori Pemerolehan Bahasa
BAB. III.
TAHAP – TAHAP PEMEROLEHAN BAHASA
A.
Mendekut ( kebanyakan mengandung bunyi vokal)
B.
Meraban/ mengoceh (mengandung bunyi konsonan
dan bunyi vokal)
C.
Ucapan Satu Kata
D.
Ucapan Dua Kata dan Ujaran Telegrafik.
E.
Struktur Kalimat dasar Orang Dewasa
BAB. IV.
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMEROLEHAN BAHASA
A.
Kognisi
B.
Pola Komunikasi Dalam Keluarga
C.
Jumlah Anak/ Jumlah Keluarga
D.
Posisi Urutan Kelahiran
E.
Kedwibahasaan (Bilingual)
BAB. V. PROSES
PERKEMBANGAN BAHASA ANAK
A.
Fonologi
B.
Morfologi
C.
Sintaksis
D.
Sematik
BAB. VI. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANAK DALAM
BERBAHASA
A.
Evolusi Biologis
B.
Faktor Kognitif
C.
Lingkungan Luar
BAB. VII. PENUTUP
A.
Kesimpulan
PEMEROLEHAN
BAHASA PADA ANAK
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Al-Ghazali ra dalam bukunya yang berjudul Ihya
Ulumuddin telah menyebutkan: “Perlu diketahui bahwa jalan untuk melatih
anak-anak termasuk urusan yang paling penting dan harus mendapat prioritas yang
lebih dari yang lainnya”. Anak merupakan amanat ditangan kedua orang tuanya dan
kalbunya yang masih bersih merupakan permata yang sangat berharga. Jika ia
dibiasakan untuk melakukan kebaikan (dalam lingkungan rumah tangga dan
lingkungan sosial), niscaya dia akan tumbuh menjadi baik dan menjadi orang yang
bahagia di dunia dan di akhirat. Sebaliknya, jika dibiasakan dengan keburukan
(dalam lingkungan rumah tangga dan lingkungan sosial) serta ditelantarkan,
niscaya dia akan menjadi orang yang celaka dan berdampak sangat buruk bagi
perkembangan baik fisik, mental, maupun spiritual sang anak.
Orang tua berkewajiban memelihara anak-anaknya
dengan cara mendidik, menanamkan budi pekerti yang baik, mengajarinya
akhlak-akhlak yang mulia melalui keteladanan dari orang tuanya, dan juga
berusaha memenuhi kebutuhan anak baik lahir maupun batin secara proporsional
sesuai dengan tingkat perkembangan dan kondisi anak. Mendidik dan memberikan
tuntunan merupakan sebaik-baik hadiah dan perhiasan paling indah yang diberikan
oleh orang tua kepada anaknya.Sudah menjadi keharusan bagi orang tua dan
pendidik untuk bekerja bersama-sama memberikan kontribusi secara aktif dan
positif dalam membentuk kualitas anak yang cerdas baik secara intelektual,
emosional, maupun spiritualnya.[1]
Perkembangan bahasa atau komunikasi pada anak
merupakan salah satu aspek dari tahapan perkembangan anak yang seharusnya tidak
luput juga dari perhatian para pendidik pada umumnya dan orang tua pada
khususnya. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan prestasi manusia
yang paling hebat dan menakjubkan.Oleh sebab itulah masalah ini mendapat
perhatian besar.Pemerolehan bahasa telah ditelaah secara intensif sejak lama.
Pada saat itu kita telah mempelajari banyak hal mengenai bagaimana anak-anak
berbicara, mengerti, dan menggunakan bahasa, tetapi sangat sedikit hal yang
kita ketahui mengenai proses aktual perkembangan bahasa.
Di seluruh dunia, rupanya manusia memiliki
tahap-tahap dan bentuk-bentuk yang sama dalam menguasai kemahiran berbahasa.
Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam
otak kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya.
Selama pemerolehan bahasa pertama, Chomsky menyebutkan bahwa ada dua proses
yaitu proses kompetensi dan performansi. Kedua proses ini merupakan dua proses
yang berlainan. Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa secara tidak
disadari. Kompetensi dibawa anak sejak lahir, dan memerlukan pembinaan sehingga
anak-anak memiliki performansi berbahasa. Perfomasi sendiri adalah kemampuan
anak menggunakan bahasa berkomunikasi
( pemahaman dan penerbitan kata-kata).[2]
Pada umumnya kebanyakan ahli kini berpandangan
bahwa anak di manapun juga memperoleh bahasa pertamanya dengan memakai strategi
yang sama. Kesamaan ini tidak hanya dilandasi oleh biologi dan neurologi
manusia yang sama, tetapi juga oleh pandangan mentalistik yang menyatakan bahwa
anak telah dibekali dengan bekal kodrati pada saat dilahirkan. Chomsky
mengibaratkan anak sebagai entitas yang seluruh tubuhnya dipasang tombol serta
kabel listrik mana yang dipencet, itulah yang akan menyebabkan bola lampu
tertentu menyala. Jadi, bahasa mana dan wujudnya seperti apa ditentukan oleh
input sekitarnya.[3]
Chomsky mengajukan pendekatan “innatist” dalam
pemerolehan bahasa. Pandangan ini menitikberatkan pada proses mental dan
psikolinguistik. Pendekatan “innatist” juga sering disebut sebagai “nativist”,
“mentalism” atau “rationalism”. Apapun namanya, pandangan ini bertentangan
secara diametris dengan paham behaviorisme. Pertama, jika behaviorisme tertarik
dengan investigasi terhadap paradigma empiris yang dapat diamati dan
diobsersvasi, pandangan teori “innatist” tertarik dengan proses mental yang
tidak dapat diamati. Kedua, dalam teropong behaviorisme, bahasa adalah sesuatu
yang harus ditirukan dan dikondisikan, sedangkan pandangan innatist menganggap
bahwa bahasa adalah kemampuan mental dalam memahami aturan bahasa.Proses
ini terjadi melaui proses kognitif yang sangat rumit.[4]
Teori “innatist” memiliki dua asumsi dasar.
Pertama, manusia dari sejak lahir
sudah memiliki kemampuan bahasa. Kemampuan ini sangat unik bagi
manusia.Jadi, otak manusia sejak lahir sudah dianugerahi sebuah “mesin bahasa
yang dapat memahami aturan tata bahasa.Para pendukung teori ini percaya bahwa
semua bahasa punya kesamaan universal. Jadi setiap orang akan dapat mempelajari
bahasa jika pengalaman hidupnya mengharuskannya menggunakan bahasa tersebut.[5] Asumsi kedua,
perkembangan bahasa mengikuti jadwal biologis dan bersifat kronologis
(berurutan).
Sebagaimana anak mengalami perkembangan
psikomotor secara bertahap, anak juga mengalami perkembangan yang sama dalam
penguasaan bahasanya. Artinya, jika
seorang anak semakin dewasa, perkembangan bahasanyapun akan semakin lengkap.
Pandangan ini disokong penuh oleh Eric Lenneberg (1967) dalam Critical Period
Hypothesis.Dia berpandangan bahwa periode emas untuk menguasai bahasa adalah dalam
masa pubersitas.Sebelum masa itu, penguasaan bahasa tidak dapat dipaksakan.
Terlepas dari perdebatan diatas tentang pemerolehan bahasa menurut beberapa
Teori yang ada pemakalah mencoba
memaparkan beberapa proses tersebut dalam pokok pembahasan selanjutnya. [6]
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pemerolehan Bahasa
Pemerolehan bahasa atau language acquisition
adalah proses yang di pergunakan oleh anak-anak untuk menyesuaikan serangkaian
hipotesis yang makin bertambah rumit, ataupun teori –teori yang masih terpendam
yang mungkin sekalai terjadi, dengan ucapan – ucapan orang tuanya sampai dia
memilih, berdasarkan suatu ukuran atau
takaran penilaian, tata bahasa yang paling baik serta paling sederhana dari
bahasa tersebut. Anak- anak melihat dengan pandngan yang cerah akan kenyataan –
kenyataan bahasa yang di pelajarinya dengan melihat tata bahasa asli orang
tuanya, serta pembaharuan – pembaharuan yang telah mereka buat, sebagai bahasa
tunggal. Kemudian dia menyusun atau membangun suatu tata bahasa baru yang sederhana
dengan melakukan pembaharuan- pembaharuan yang mereka buat sendiri dan mudah di
pahami menurut nalar si anak.
B. Teori-teori
tentang Pemerolehan Bahasa Pertama
1. Teori Behaviorisme
Teori behaviorisme menyoroti aspek perilaku
kebahasaan yang dapat diamati langsung dan hubungan antara rangsangan (stimulus) dan reaksi (response).Perilaku
bahasa yang efektif adalah membuat reaksi yang tepat terhadap rangsangan.
Reaksi ini akan menjadi suatu kebiasaan jika reaksi tersebut dibenarkan. Dengan
demikian, anak belajar bahasa pertamanya.
Sebagai contoh, seorang anak mengucapkan bilangkaliuntuk barangkali.Sudah pasti si
anak akan dikritik oleh ibunya atau siapa saja yang mendengar kata tersebut.
Apabila sutu ketika si anak mengucapkan barangkali
dengan tepat, dia
tidak mendapat kritikan karena pengucapannya sudah benar.Situasi seperti inilah
yang dinamakan membuat reaksi yang tepat terhadap rangsangan dan merupakan hal
yang pokok bagi pemerolehan bahasa pertama.
B.F. Skinner adalah tokoh aliran
behaviorisme.Dia menulis buku Verbal Behavior(1957) yang
digunakan sebagai rujukan bagi pengikut aliran ini.Menurut aliran ini, belajar
merupakan hasil faktor eksternal yang dikenakan kepada suatu organisme. Menurut
Skinner, perilaku kebahasaan sama dengan perilaku yang lain, dikontrol oleh
konsekuensinya. Apabila suatu usaha menyenangkan, perilaku itu akan terus
dikerjakan. Sebaliknya, apabila tidak menguntungkan, perilaku itu akan
ditinggalkan. Singkatnya, apabila ada reinforcementyang cocok,
perilaku akan berubah dan inilah yang disebut belajar. [7]
Namun demikian, banyak kritikan terhadap aliran
ini.Chomsky mengatakan bahwa toeri yang berlandaskan conditioning dan reinforcement tidak bisa menjelaskan kalimat-kalimat baru
yang diucapkan untuk pertama kali dan inilah yang kita kerjakan tiap hari.
Bower dan Hilgard juga menentang aliran ini dengan mengatakan bahwa penelitian
mutakhir tidak mendukung aliran ini.
Aliran behaviorisme mengatakan bahwa semua ilmu
dapat disederhanakan menjadi hubungan stimulus-response.Hal tersebut tidaklah
benar karena tidak semua perilaku berasal dari stimulus-response.
2. Teori Nativisme
Chomsky merupakan penganut
nativisme.Menurutnya, bahasa hanya dapat dikuasai oleh manusia, binatang tidak
mungkin dapat menguasai bahasa manusia.Pendapat Chomsky didasarkan pada
beberapa asumsi.
1.
perilaku berbahasa adalah sesuatu yang
diturunkan (genetik), setiap bahasa memiliki pola perkembangan yang sama
(merupakan sesuatu yang universal), dan lingkungan memiliki peran kecil di
dalam proses pematangan bahasa.
2.
bahasa dapat dikuasai dalam waktu yang relatif
singkat.
3.
lingkungan bahasa anak tidak dapat menyediakan
data yang cukup bagi penguasaan tata bahasa yang rumit dari orang dewasa.
Menurut aliran ini, bahasa adalah sesuatu yang
kompleks dan rumit sehingga mustahil dapat dikuasai dalam waktu yang singkat
melalui “peniruan”.Nativisme juga percaya bahwa setiap manusia yang lahir sudah
dibekali dengan suatu alat untuk memperoleh bahasa (language acquisition device, disingkat LAD). Mengenai
bahasa apa yang akan diperoleh anak bergantung pada bahasa yang digunakan oleh
masyarakat sekitar. Sebagai contoh, seorang anak yang dibesarkan di lingkungan
Amerika sudah pasti bahasa Inggris menjadi bahasa pertamanya.
Semua anak yang normal dapat belajar bahasa apa
saja yang digunakan oleh masyarakat sekitar. Apabila diasingkan sejak lahir,
anak ini tidak memperoleh bahasa. Dengan kata lain, LAD tidak mendapat
“makanan” sebagaimana biasanya sehingga alat ini tidak bisa mendapat bahasa
pertama sebagaimana lazimnya seperti anak yang dipelihara oleh srigala.[8]
Tanpa LAD, tidak mungkin seorang anak dapat
menguasai bahasa dalam waktu singkat dan bisa menguasai sistem bahasa yang
rumit. LAD juga memungkinkan seorang anak dapat membedakan bunyi bahasa dan
bukan bunyi bahasa.
3. Teori Kognitivisme
Menurut teori ini, bahasa bukanlah suatu ciri
alamiah yang terpisah, melainkan salah satu di antara beberapa kemampuan yang
berasal dari kematangan kognitif.Bahasa distrukturi oleh nalar.Perkembangan
bahasa harus berlandaskan pada perubahan yang lebih mendasar dan lebih umum di
dalam kognisi.Jadi, urutan-urutan perkembangan kognitif menentukan urutan
perkembangan bahasa.Hal ini tentu saja berbeda dengan pendapat Chomsky yang
menyatakan bahwa mekanisme umum dari perkembangan kognitif tidak dapat menjelaskan
struktur bahasa yang kompleks, abstrak, dan khas.Begitu juga dengan lingkungan
berbahasa.Bahasa harus diperoleh secara alamiah.[9]
Menurut teori kognitivisme, yang paling utama
harus dicapai adalah perkembangan kognitif, barulah pengetahuan dapat keluar
dalam bentuk keterampilan berbahasa.Dari lahir sampai 18 bulan, bahasa dianggap
belum ada.Anak hanya memahami dunia melalui indranya.Anak hanya mengenal benda
yang dilihat secara langsung. Pada akhir usia satu tahun, anak sudah dapat
mengerti bahwa benda memiliki sifat permanen sehingga anak mulai menggunakan
simbol untuk mempresentasikan benda yang tidak hadir dihadapannya. Simbol ini
kemudian berkembang menjadi kata-kata awal yang diucapkan anak.[10]
4. Teori Interaksionisme
Teori interaksionisme beranggapan bahwa
pemerolehan bahasa merupakan hasil interaksi antara kemampuan mental
pembelajaran dan lingkungan bahasa. Pemerolehan bahasa itu berhubungan dengan
adanya interaksi antara masukan “input” dan kemampuan internal yang dimiliki
pembelajar. Setiap anak sudah memiliki LAD sejak lahir.Namun, tanpa ada masukan
yang sesuai tidak mungkin anak dapat menguasai bahasa tertentu secara otomatis.
Sebenarnya, menurut hemat penulis, faktor
intern dan ekstern dalam pemerolehan bahasa pertama oleh sang anak sangat mempengaruhi.
Benar jika ada teori yang mengatakan bahwa kemampuan berbahasa si anak telah
ada sejak lahir (telah ada LAD).Hal ini telah dibuktikan oleh berbagai penemuan
seperti yang telah dilakukan oleh Howard Gardner.Dia mengatakan bahwa sejak
lahir anak telah dibekali berbagai kecerdasan.Salah satu kecerdasan yang
dimaksud adalah kecerdasan berbahasa.Akan tetapi, yang tidak dapat dilupakan
adalah lingkungan juga faktor yang memperngaruhi kemampuan berbahasa si
anak.Banyak penemuan yang telah membuktikan hal ini.[11]
BAB III.
Tahap- tahap Pemerolehan Bahasa pada Anak
Masa Bayi atau masa balita (di bawah Lima
Tahun) adalah masa yang paling signifikan dalam kehidupan manusia dan jika di
ibaratkan pondasi dalam sebuah bangunan jika pondasinya kokoh maka bangunanya akan kuat dan tahan lama dan
begitu juga sebaliknya, Tahap Pemerolehan Bahasa, yang pertama Pada masa
balita, manusia pertama kali belajar atau di perkenalkan dengan suasana yang
sama sekali “baru”, di bandingkan dengan masa-masa sebelumnya di dalam
kandungan. Selama 3 hari pertama, orok yang normal masih lebih banyak tidur.
Sekitar 80% waktunya dipergunakan untuk tidur, Setelah 2 minggu bayi mulai
mampu melakukan berbagai kegiatan tanpa bantuan orang lain, mulai dari
berbalik, duduk, merangkak dan lain sebagainya, menjelang usia 7-8 bulan,
perasaan atau emosi bayi mulai muncul, walaupun rasio atau pikirannya belum
berfungsi sama sekali, Pada usia 12-14 bulan, bayi mulai mengenal
lingkungannya, baik lingkungan fisik ataupun social, Secara bertahap, bayi
mulai memahami hubungan antar “kata” dengan apa atau siapa saja yang ada di
sekitarnya. Dan untuk itu, bayi mulai memerlukan alat ekspresi yang disebut
“bahasa”.Mulai masa inilah bayi mulai belajar mengenal bahasa dari
sekitarnya.Pemerolehan bahasa pada bayi sangatlah bertahap yang di bagi dalam
beberapa bagian yang berkaitan dengan pemerolehan bahasa pada manusia khusunya
pada anak-anak yaitu “Perkembangan Bahasa Anak.[12]
Di tahun pertama kehidupan, manusia tampaknya
memproduksi bahasa dengan bergerak maju melewati tahap- tahap berikut :
1.
Mendekut (
kebanyakan mengandung bunyi vokal)
Bayi-bayi sanggup memproduksi bunyi dari dirinya sendiri.Yang paling jelas, aspek-aspek komunikatif dari tangisan – entah diniatkan atau tidak- berfungsi cukup efektif.Namun berdasarkan kemahiran berbahasanya, mendekutnya bayi-bayi yang paling membingungkan ahli-ahli bahasa.Mendekut (cooing) adalah ekspresi oral bayi mengeksplorasi pemroduksian bunyi vocal.Mendekutnya bayi di seluruh dunia, termasuk bayi-bayi tuli juga, tidak bisa dibedakan di antara bayi -bayi dan bahasa-Bayi-bayi sebenarnya lebih baik ketimbang orang dewasa dalam memilihkan bunyi yang tidak bermakna bagi mereka.Mereka bisa membuat pilihan fonetik yang sudah tidak bisa dibedakan lagi oleh orang dewasa.[13]
2.
Meraban/
mengoceh (mengandung bunyi konsonan dan bunyi vokal)
Di tahap ini bayi-bayi tuli tidak lagi mengucapkan bunyi vokal.Bagi telinga kita, merabannya bayi terus meningkat di antara pembicara-pembicara dari kelompok-kelompok bahasa yang berbeda terdengar sangat mirip.Bunyi diproduksi berdasarkan perubahan di dalam pendengaran bayi. Meraban (babbling) adalah produksi yang dipilih bayi terkait fonem-fonem yang terpilih –entah bunyi vokal maupun konsonannya- yang merupakan ciri bahasa asal bayi Oleh karena itu, mendekutnya bayi diseluruh dunia esensinya sama, namun merabannya bayi berbeda. Salama tahap Ini, kemampuan bayi untuk mencerap dan memproduksi fon-fon selain fonem semakin memudar.[14]
3.
Ucapan Satu
Kata
Pada akhirnya, bayi mengucapkan kata
pertamanya.Ini diikuti dengan singkat oleh satu dua kata lagi.Segera
sesudahnya, beberapa kata lagi menyusul.Ucapan ini terbatas pada bunyi vokal
dan konsonan yang digunakan.Bayi menggunakan satu kata ini –yang disebut holo
frase- untuk menyampaikan intense, keinginan dan tuntutan. Biasanya, kata-kata
adalah kata benda yang melukiskan objek yang dikenal, yang biasa dilihat anak
(seperti mobil, buku, bola,dll) atau keinginan (seperti mama. Papa, jus, kue,
dll).[15]
Pada usia 18 bulan, anak-anak biasanya memiliki kosakata 3 sampai 100 kata ,Namun, kosakata anak kecil masih tidak bisa menuangkan semua keinginanya. Akibatnya, anak-anak banyak melakukan kesalahan.Sebuah kekeliruan melebih-lebihkan isi (overextension error) adalah perluasan sacara keliru makna kata-kata dari dalam leksikon untuk menuangkan hal-hal dan gagasan-gagasan tetapi masih belum memiliki kata baru untuk mengekspresikannya.[16]
Tahap ini berlangsung ketika anak berusia
antara 12 dan 18 bulan.Ujaran-ujaran yang mengandung kata-kata tunggal
diucapkan anak untuk mengacu pada benda-benda yang dijumpai sehari-hari. Pada
tahap ini pula seorang anak mulai menggunakan serangkaian bunyi berulang-ulang
untuk makna yang sama. pada usia ini pula, sang anak sudah mengerti bahwa bunyi
ujar berkaitan dengan makna dan mulai mengucapkan kata-kata yang pertama.
Itulah sebabnya tahap ini disebut tahap
satu kata satu frase atau kalimat,yang berarti bahwa satu kata yang diucapkan
anak itu merupakan satu konsep yang lengkap, misalnya “mam” (Saya minta makan);
“pa” (Saya mau papa ada di sini), “Ma” (Saya mau mama ada di sini).
4.
Ucapan Dua Kata
dan Ujaran Telegrafik.
Secara bertahap, antara usia 1,5 sampaai 2,5 tahun, anak-anak mulai mengombinasikan kata-kata tunggal untuk menghasilkan ucapan dua kata.
komunikasi-komunikasi
awal ini tampaknya lebih lebih mirip telegram ketimbang percakapan.Kata depan,
kata sambung dan morfem-fungsi lainnya biasanya ditinggalkan oleh karena itu,
para ahli bahasa menyebut ucapan-ucapan awal ini mirip ujaran didalam telegram.
Ujaran telegrafis ini dapat digunakan untuk menggambarkan ujaran dua atau tiga
kata bahkan yang sedikit lebih panjang, namun tidak memiliki fungsi. Seperti
pengamatan yang di lakukan (Charles Darwin)1877
Tahap ini berlangsung ketika anak berusia 18-20
bulan.Ujaran-ujaran yang terdiri atas dua kata mulai muncul seperti mama mam dan papa ikut.Kalau pada tahap holofrastis ujaran yang
diucapkan si anak belum tentu dapat ditentukan makna, pada tahap dua kata ini,
ujaran si anak harus ditafsirkan sesuai dengan konteksnya.Pada tahap ini pula
anak sudah mulai berpikir secara “subjek + predikat” meskipun hubungan-hubungan
seperti infleksi, kata ganti orang dan jamak belum dapat digunakan. Dalam
pikiran anak itu, subjek + predikat dapat terdiri atas kata benda + kata benda,
seperti “Ani mainan” yang berarti “Ani sedang bermain dengan mainan” atau kata
sifat + kata benda, seperti “kotor patu” yang artinya “Sepatu ini kotor” dan
sebagainya.
5.
Struktur Kalimat dasar Orang Dewasa
Kosakata mengembang dengan cepat. Ia berlipat lebih dari tiga kali, dari sekitar 300 kata pada usia 2 tahun menjadi 1.000 kata pada usia 3 tahun.hampir secara menakjubkan, mulai dari kira-kira usia 4 tahun, dengan kemahiran kosakata yang bertambah, kemampuan anak mencapai fondasi dan struktur bahasa orang dewasa. Pada usia 5 tahun, kebanyakan anak juga bisa mengerti dan memroduksi konstruksi kalimat yang cukup kompleks dan tidak lazim. Pada usia 10 tahun, bahasa anak secara fundamental sudah sama seperti orang dewasa.
BAB. IV
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Bahasa Anak
Secara rinci dapat diidentifikasi sejumlah
faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu:
a. Kognisi (Proses Memperoleh Pengetahuan)
a. Kognisi (Proses Memperoleh Pengetahuan)
Tinggi rendahnya kemampuan kognisi individu
akan mempengaruhi cepat lambatnya
perkembangan bahasa individu. Ini relevan dengan pembahasan sebelumnya
bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara pikiran dengan bahasa seseorang.[17]
Dalam teori
Kognitivisme ini, bahasa bukanlah suatu ciri alamiah yang terpisah, melainkan
salah satu di antara beberapa kemampuan yang berasal dari kematangan
kognitif.Bahasa distrukturi oleh nalar.Perkembangan bahasa harus berlandaskan
pada perubahan yang lebih mendasar dan lebih umum di dalam kognisi.Jadi,
urutan-urutan perkembangan kognitif menentukan urutan perkembangan bahasa.Hal ini
tentu saja berbeda dengan pendapat Chomsky yang menyatakan bahwa mekanisme umum
dari perkembangan kognitif tidak dapat menjelaskan struktur bahasa yang
kompleks, abstrak, dan khas.Begitu juga dengan lingkungan berbahasa.Bahasa
harus diperoleh secara alamiah.[18]
b. Pola
Komunikasi Dalam Keluarga
Dalam suatu
keluarga yang pola komunikasinya banyak arah akan mempercepat perkembangan bahasa keluarganya. Seperti
Pandangan Teori interaksionisme beranggapan bahwa pemerolehan bahasa merupakan
hasil interaksi antara kemampuan mental pembelajaran dan lingkungan bahasa.
Pemerolehan bahasa itu berhubungan dengan adanya interaksi antara masukan
“input” dan kemampuan internal yang dimiliki pembelajar. Setiap anak sudah
memiliki LAD sejak lahir.Namun, tanpa ada masukan yang sesuai tidak mungkin
anak dapat menguasai bahasa tertentu secara otomatis.
Sebenarnya,
menurut hemat pemakalah, faktor intern dan ekstern dalam pemerolehan bahasa
pertama oleh sang anak sangat mempengaruhi. Benar jika ada teori yang
mengatakan bahwa kemampuan berbahasa si anak telah ada sejak lahir (telah ada
LAD).Hal ini telah dibuktikan oleh berbagai penemuan seperti yang telah
dilakukan oleh Howard Gardner.Dia mengatakan bahwa sejak lahir anak telah
dibekali berbagai kecerdasan.Salah satu kecerdasan yang dimaksud adalah
kecerdasan berbahasa. Akan tetapi, yang
tidak dapat[19]
c. Jumlah Anak Atau Jumlah Keluarga
Suatu keluarga yang memiliki banyak anggota keluarga, perkembangan bahasa anak lebih cepat, karena terjadi komunikasi yang bervariasi dibandingkan dengan yang hanya memiliki anak tunggal dan tidak ada anggota lain selain keluarga inti.
d. Posisi Urutan Kelahiran
Perkembangan bahasa anak yang posisi kelahirannya di tengah akan lebih cepat ketimbang anak sulung atau anak bungsu. Hal ini disebabkan anak sulung memiliki arah komunikasi ke bawah saja dan anak bungsu hanya memiliki arah komunikasi ke atas saja.
e.
Kedwibahasaan (Pemakaian dua bahasa)
Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang menggunakan bahasa lebih dari satu atau lebih bagus dan lebih cepat perkembangan bahasanya ketimbang yang hanya menggunakan satu bahasa saja karena anak terbiasa menggunakan bahasa secara bervariasi. Misalnya, di dalam rumah dia menggunakan bahasa arab dan di luar rumah dia menggunakan bahasa Indonesia. Dalam bukunya “Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja” Syamsu Yusuf mengatakan bahwa perkembangan bahasa dipengaruhi oleh 5 faktor, yaitu: faktor kesehatan, intelegensi, status sosial ekonomi, jenis kelamin, dan hubungan keluarga.[20]
BAB. V
Proses Perkembangan Bahasa Anak
Manusia
berinteraksi satu dengan yang lain melalui komunikasi dalam bentuk bahasa.
Komunikasi tersebut terjadi baik secara verbal maupun non verbal yaitu dengan
tulisan, bacaan dan tanda atau symbol. Manusia berkomunikasi lewat bahasa memerlukan
proses yang berkembang dalam tahap-tahap usianya. Bagaimana manusia bisa
menggunakan bahasa sebagai cara berkomunikasi selalu menjadi pertanyaan yang
menarik untuk dibahas sehingga memunculkan banyak teori tentang pemerolehan
bahasa.
Bahasa
adalah simbolisasi dari sesuatu idea atau suatu pemikiran yang ingin
dikomunikasikan oleh pengirim pesan dan diterima oleh penerima pesan melalui
kode-kode tertentu baik secara verbal maupun nonverbal.Bahasa digunakan anak
dalam berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya yang dilakukan untuk
bertukar gagasan, pikiran dan emosi.Bahasa bisa diekspresikan melalui bicara
yang mengacu pada simbol verbal.
Selain
itu, bahasa dapat juga diekspresikan melalui tulisan, tanda gestural, dan
musik.Bahasa juga dapat mencakup aspek komunikasi nonverbal seperti
gestikulasi, gestural atau pantomim.Gestikulasi adalah ekspresi gerakan tangan
dan lengan untuk menekankan makna wicara. Pantomim adalah sebuah cara
komunikasi yang mengubah komunikasi verbal dengan aksi yang mencakup beberapa
gestural (ekspresi gerakan yang menggunakan setiap bagian tubuh) dengan makna
yang berbeda beda.
Dalam tahap Perkembangan ini dapat diuraikan
menjadi beberapa bagian antara lain:
1.Fonologi
Anak menggunakan bunyi-bunyi yang telah dipelajarinya dengan bunyi-bunyi yang belum dipelajari, misalnya menggantikan bunyi /l/ yang sudah dipelajari dengan bunyi /r/ yang belum dipelajari.Pada akhir periode berceloteh, anak sudah mampu mengendalikan intonasi, modulasi nada, dan kontur bahasa yang dipelajarinya.[21]
Perkembangan fonologi melalui proses yang
panjang dari dekode bahasa. Sebagian besar konstruksi morfologi anak akan
tergantung pada kemampuannya menerima dan memproduksi unit fonologi. Selama
usia prasekolah, anak tidak hanya menerima inventaris fonetik dan sistem
fonologi tapi juga mengembangkan kemampuan menentukan bunyi mana yang dipakai
untuk membedakan makna. Pemerolehan fonologi berkaitan dengan proses konstruksi
suku kata yang terdiri dari gabungan vokal dan konsonan. Bahkan dalam babbling,
anak menggunakan konsonan-vokal (KV) atau konsonan-vokal-konsonan (KVK). Proses
lainnya berkaitan dengan asimilasi dan substitusi sampai pada persepsi dan
produksi suara.
2. Morfologi
Pada usia 3
tahun anak sudah membentuk beberapa morfem yang menunjukkan fungsi gramatikal
nomina dan verba yang digunakan. Kesalahan gramatika sering terjadi pada tahap
ini karena anak masih berusaha mengatakan apa yang ingin dia sampaikan. Anak
terus memperbaiki bahasanya sampai usia sepuluh tahun.
Periode perkembangan ditandai dengan
peningkatan panjang ucapan rata-rata yang diukur dalam morfem.Panjang rata-rata
ucapan, mean length of utterance (MLU) adalah alat prediksi kompleksitas bahasa
pada anak yang berbahasa Inggris. MLU sangat erat berhubungan dengan usia dan
merupakan prediktor yang baik untuk perkembangan bahasa. Dari usia 18 bulan
sampai 5 tahun MLU meningkat kira-kira 1,2 morfem per tahun. Penguasaan morfem
mulai terjadi saat anak mulai merangkai kata sekitar usia 2 tahun. Beberapa
sumber yang membahas tentang morfem dalam kaitannya dengan morfologi semuanya
merupakan Bahasa Inggris yang sangat berbeda dengan Bahasa Indonesia.
3.Sintaksis
Alamsyah menyebutkan bahwa anak-anak mengembangkan
tingkat gramatikal kalimat yang dihasilkan melalui beberapa tahap, yaitu melalui
peniruan, melalui penggolongan morfem, dan melalui penyusunan dengan cara
menempatkan kata-kata secara bersama-sama untuk membentuk kalimat. Susunan
sintaksis paling awal terlihat pada usia kira-kira 18 bulan walaupun pada
beberapa anak terlihat pada usia 1 tahun bahkan lebih dari 2 tahun. Awalnya
berupa kalimat dua kata.Rangkaian dua kata, berbeda dengan masa “kalimat satu
kata” sebelumnya yang disebut masa holofrastis.Kalimat satu kata bisa
ditafsirkn dengan mempertimbangkan konteks penggunaannya.Hanya mempertimbangkan
arti kata semata-mata tidaklah mungkin kita menangkap makna dari kalimat satu
kata tersebut.Peralihan dari kalimat satu kata menjadi kalimat yang merupakan
rangkaian kata terjadi secara bertahap.Pada waktu kalimat pertama terbentuk
yaitu penggabugan dua kata menjadi kalimat, rangkaian kata tersebut berada pada
jalinan intonasi.Jika kalimat dua kata memberi makna lebih dari satu maka anak
membedakannya dengan menggunakan pola intonasi yang berbeda. Perkembangan
pemerolehan sintaksis meningkat pesat pada waktu anak menjalani usia 2 tahun
dan mencapai puncaknya pada akhir usia 2 tahun.
4. Semantik
Karena faktor lingkungan sangat berperan dalam
perkembangan semantik, maka pada umur 6-9 bulan anak telah mengenal orang atau
benda yang berada di sekitarnya.Leksikal dan pemerolehan konsep berkembang
pesat pada masa prasekolah. Terdapat indikasi bahwa anak dengan kosa kata lebih
banyak akan lebih popular di kalangan teman-temannya. Diperkirakan terjadi
penambahan lima kata perhari di usia 1,5 sampai 6 tahun. Pemahaman kata
bertambah tanpa pengajaran langsung orang dewasa.Terjadi strategi pemetaan yang
cepat diusia ini sehingga anak dapat menghubungkan suatu kata dengan
rujukannya. Pemetaan yang cepat adalah langkah awal dalam proses pemerolehan
leksikal. Selanjutnya secara bertahap anak akan mengartikan lagi
informasi-informasi baru yang diterima. Definisi kata benda anak usia pra
sekolah meliputi properti fisik seperti bentuk, ukuran dan warna, properti
fungsi, properti pemakaian, dan lokasi. Definisi kata kerja anak prasekolah
juga berbeda dari kata kerja orang dewasa atau anak yang lebih besar.
Anak prasekolah dapat menjelaskan siapa, apa,
kapan, di mana, untuk apa, untuk siapa, dengan apa, tapi biasanya mereka belum
memahami pertanyaan bagaimana dan mengapa atau menjelaskan proses. Anak akan
mengembangkan kosa katanya melalui cerita yang dibacakan orang tuanya. Begitu
kosa kata berkembang, kebutuhan untuk mengorganisasikan kosa kata akan lebih
meningkat dan beberapa jaringan semantik atau antar relasi akan terbentuk.
BAB. IV
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Anak dalam
Berbahasa
Ada tiga faktor paling signifikan yang
mempengaruhi anak dalam berbahasa, yaitu biologis, kognitif,dan linkungan
1. Evolusi Biologi
Evolusi biologis menjadi salah satu landasan
perkembangan bahasa. Mereka menyakini bahwa evolusi biologi membentuk manusia
menjadi manusia linguistik. Noam Chomsky (1957) meyakini bahwa manusia
terikat secara biologis untuk mempelajari bahasa pada suatu waktu tertentu dan
dengan cara tertentu. Ia menegaskan bahwa setiap anak mempunyai language acquisition device(LAD), yaitu kemampuan alamiah anak untuk
berbahasa. Tahun-tahun awal masa anak-anak merupakan periode yang penting untuk
belajar bahasa (critical-period). Jika pengenalan bahasa tidak terjadi
sebelum masa remaja, maka ketidakmampuan dalam menggunakan tata bahasa yang
baik akan dialami seumur hidup. Selain itu, adanya periode penting dalam
mempelajari bahasa bisa dibuktikan salah satunya dari aksen orang dalam
berbicara. Menurut teori ini, jika orang berimigrasi setelah berusia 12 tahun
kemungkinan akan berbicara bahasa negara yang baru dengan aksen asing pada sisa
hidupnya, tetapi kalau orang berimigrasi sebagai anak kecil, aksen akan hilang
ketika bahasa baru akan dipelajari.
2. Faktor kognitif
Individu merupakan satu hal yang tidak bisa
dipisahkan pada perkembangan bahasa anak.Para ahli kognitif juga menegaskan
bahwa kemampuan anak berbahasa tergantung pada kematangan kognitifnya.Tahap
awal perkembangan intelektual anak terjadi dari lahir sampai berumur 2 tahun.
Pada masa itu anak mengenal dunianya melalui sensasi yang didapat dari
inderanya dan membentuk persepsi mereka akan segala hal yang berada di luar
dirinya. Misalnya, sapaan lembut dari ibu/ayah ia dengar dan belaian halus, ia
rasakan, kedua hal ini membentuk suatu simbol dalam proses mental anak.
Perekaman sensasi nonverbal (simbolik) akan berkaitan dengan memori
asosiatif yang nantinya akan memunculkan suatu logika. Bahasa simbolik itu
merupakan bahasa yang personal dan setiap bayi pertama kali berkomunikasi
dengan orang lain menggunakan bahasa simbolik. Sehingga sering terjadi hanya
ibu yang mengerti apa yang diinginkan oleh anaknya dengan melihat/mencermati
bahasa simbol yang dikeluarkan oleh anak. Simbol yang dikeluarkan anak dan
dibahasakan oleh ibu itulah yang nanti membuat suatu asosiasi, misalnya saat
bayi lapar, ia menangis dan memasukkan tangan ke mulut, dan ibu membahasakan,
“lapar ya..mau makan?”
3. lingkungan luar
Sementara itu, di sisi lain proses penguasaan
bahasa tergantung dari stimulus darilingkungan.Pada umumnya, anak diperkenalkan
bahasa sejak awal perkembangan mereka, salah satunya disebut motherse, yaitu
cara ibu atau orang dewasa, anak belajar bahasa melalui proses imitasi dan
perulangan dari orang-orangdisekitarnya.
BAB VII
PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan
beberapa poin, yaitu :
1.
Para ahli psikologi perkembangan mendefinisikan
perkembangan bahasa sebagai kemampuan individu dalam menguasai kosa kata,
ucapan, gramatikal, dan etika pengucapannya dalam kurun waktu tertentu sesuai
dengan perkembangan umur kronologisnya.
2.
Tahapan perkembangan bahasa dapat dibedakan ke
dalam 6 tahapan, yaitu: Tahap Meraban/pralinguistik (pertama dan kedua), tahap
holostik (tahap linguistic pertama), tahap ucapan dua kata, tahap pengembangan
tata bahasa, tahap tata bahasa menjelang dewasa, tahap kompetensi lengkap
3.
Ada perbedaan pendapat tentang faktor yang
mempengaruhi perkembangan bahasa anak diantaranya, aliran nativisme yang
menyatakan bahwa berkembangnya bahasa itu ditentukan oleh faktor-faktor bawaan
sedangkan aliran empirisme atau behaviorisme justru berpandangan sebaliknya,
yaitu bahwa kemampuan perkembangan berbahasa seseorang tidak ditentukan oleh
bawaan sejak lahir melainkan ditentukan oleh proses belajar dari lingkunganya.
Pemerolehan
bahasa pertama adalah proses penguasaan bahasa pertama oleh si anak. Selama
penguasaan bahasa pertama ini, terdapat dua proses yang terlibat, yaitu proses
kompetensi dan proses performansi. Kedua proses ini tentu saja diperoleh oleh
anak secara tidak sadar.
Ada beberapa
tahap yang dilalui oleh sang anak selama memperoleh bahasa pertama. Tahap yang
dimaksud adalah vokalisasi
bunyi, tahap satu-kata atau holofrastis, tahap dua-kata, tahap dua-kata, ujaran
telegrafis.Selain
tahap pemerolehan bahsa seperti yang telah disebutkan ini, ada juga para ahli
bahasa, seperti Aitchison mengemukakan beberapa tahap pemerolehan bahasa anak.
Tahap-tahap yang dia maksud adalah mendengkur, meraban, pola intonasi, tuturan
satu kata, tuturan dua kata, infleksi kata, bentuk tanya dan bentuk ingkar,
konstruksi yang jarang atau kompleks, tuturan yang matang. Meskipun terjadi
perbedaan dalam hal pembagian tahap-tahap yang dilalui oleh anak saat
memperoleh bahasa pertamanya, jika dilihat secara cermat, pembahasan dalam
setiap tahap pemerolehan bahasa pertama anak memiliki kesamaan, yaitu adanya
proses fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik.
Bagaimana
sebenarnya proses pemerolehan bahasa pertama ini? Ada beberapa teori pemerolehan
bahasa yang menjelaskan hal ini, yaitu teori behaviorisme, nativisme,
kognitivisme, interaksionisme. Keempat teori ini memiliki sudut pandang yang
berbeda dalam menjelaskan perihal cara anak memperoleh bahasa pertamanya.
Demikianlah makalah yang dapat saya Presentasikan kurang lebihnya mohon kritik
dan masukan yang membangun. wasalam
DAFTAR PUSTAKA
1.
Werker, J.E. 1989. Becoming a Native Listener.
Dalam American scientist, No.77, hlm. 54-59
2.
Oller, D.K., Eilers,. R.E. 1998. Interpretive
and Methodological Difficulties in Evaluating Babbling Drift. Dalam parole, No.
7 hlm. 147-164.
3.
Locke, J.L. 1994. Phases in the Child’s
Development of Language. Dalam American scientist, No. 82, hlm. 436-445.
4.
Petitto, L., & Marentette, P.F. 1991.
Babbling in the manual mode: Evidence For the Ontogeny of Language. Dalam
Scientist, No. 251 (5000), hlm. 1493-1499.
5.
Ingram, D. 1999. Phonological Acquisition.
6.
M.
Barret (Ed.), The Development of Language. Eats Sussex, UK: Psycology Press.
Hlm.845-865.
7.
Siegler, R.S. 1986. Children’s Thinking.
Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.
8.
Sternbernberg, Robert. J . 2008. Psikologi
Kognitif_edisi empat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
9.
Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori, Psikologi
Remaja (Perkembangan Peseta didik), Jakarta; PT. Bumi Aksara, 2004
10. Chaer, Abdul,
Psikolingustik Kajian Teoretik, Jakarta; Rineka Cipta, 2003
11. Henry Guntur
Tarigan, Psikolingustik, Bandung; Angkasa, cet-10, 1986
12. Yusuf, Syamsu,
Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung; PT. Rosda Karya, cet-5, 2004
13. Alamsyah, Teuku. 1997. Pemerolehan Bahasa Kedua (Second Language
Acqusition). Diktat Kuliah Program S-2. Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala.
14. Baradja, M.F. 1990. Kapita Selekta Pengajaran Bahasa. Malang: IKIP
15. Campbel, dkk. 2006. Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple
Intelligences. Depok: Intuisi Press.
16. Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik:Kajian Teoretik. Jakarta:
Rineka Cipta.
17. Dardjowidjojo, Soenjono. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman
Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor.
18. Fromkin Victoria dan Robert Rodman. 1993. An Introduction to
Language. Florida: Harcourt Brace Jovanovich Collage.
19. Mahmud, Saifuddin dan Sa’adiah. 1997. Teori Pembelajaran Bahasa:
Materi Kuliah Program Setara D-3. Banda Aceh: FKIP Unsyiah.
20. Mar’at, Samsunuwiyati. 2005. Psikolinguistik Suatu Pengantar.
Bandung: PT Refika Aditama.
[1] . Kitab
Ihya ullumudin Karangan Imam Al-Ghazali
[2]. Chaer, Abdul, Psikolingustik Kajian Teoretik,
Jakarta; Rineka Cipta, 2003
[3]. behaviorisme, chomsky, competence, endro dwi hatmanto,
innatist, innatist theory, pemerolehan bahasa,
pendidikan
bahasa inggris UMY, performance, UMY, universitas
muhammadiyah yogyakarta | Category: Articlesdi
unduh pada 10 january 2012
4.: behaviorisme, chomsky, competence, endro dwi hatmanto, innatist, innatist theory, pemerolehan bahasa, pendidikan bahasa
inggris UMY, performance, UMY, universitas
muhammadiyah yogyakarta | Category: Articlesdiunduh pada 10 january 2012
[5]Chaer,
Abdul. 2003. Psikolinguistik:Kajian Teoretik.Hal.223 Jakarta: Rineka Cipta
[6]Chaer,
Abdul. 2003. Psikolinguistik:Kajian Teoretik.Hal.223 Jakarta: Rineka Cipta.
[7]Chaer,
Abdul. 2003. Psikolinguistik:Kajian Teoretik.Hal.223 Jakarta: Rineka Cipta.
[8]Baradja, M.F. 1990. Kapita Selekta Pengajaran Bahasa.Hal 33 Malang: IKIP
[9]Chaer,
Abdul. 2003. Psikolinguistik:Kajian Teoretik.Hal.223 Jakarta: Rineka Cipta.
[10]Chaer,
Abdul. 2003. Psikolinguistik:Kajian Teoretik.Hal.223 Jakarta: Rineka Cipta.
[11] Campbel, dkk.2006. Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple
Intelligences.Hal. 2-3 Depok: Intuisi
Press.
12.Ali, Mohammad dan Mohammad
Asrori, Psikologi Remaja (Perkembangan Peseta didik), Jakarta; PT. Bumi Aksara,
2004
[14]Locke, J.L. 1994. Phases in the Child’s
Development of Language.Dalam American scientist, No. 82, hlm. 436-445.
[15]Ingram, D. 1999. Phonological Acquisition.
Dalam M. Barret (Ed.), The Development of Language. Eats Sussex, UK: Psycology
Press.Hlm.845-865.
[16]Siegler, R.S. 1986. Children’s Thinking.
Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.
[17]behaviorisme, chomsky, competence, endro dwi hatmanto, innatist, innatist theory, pemerolehan bahasa, pendidikan bahasa
inggris UMY, performance, UMY, universitas
muhammadiyah yogyakarta | Category: Articlesdiunduh pada 10 january 2012
[18]Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik:Kajian Teoretik.Hal.223 Jakarta: Rineka Cipta.
[19]Campbel, dkk.2006. Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple
Intelligences. Depok: Intuisi Press.
[21]Ingram, D. 1999. Phonological Acquisition. Dalam M. Barret
(Ed.), The Development of Language. Eats Sussex, UK: Psycology
Press.Hlm.845-865.