Tuesday 31 January 2017

Pemerolehan Bahasa Pada Anak


DAFTAR  ISI
BAB. I.  PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
BAB. II.  PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pemerolehan Bahasa
B.     Teori – teori Pemerolehan Bahasa
BAB. III.  TAHAP – TAHAP PEMEROLEHAN BAHASA
A.    Mendekut ( kebanyakan mengandung bunyi vokal)
B.     Meraban/ mengoceh (mengandung bunyi konsonan dan bunyi vokal)
C.     Ucapan Satu Kata
D.    Ucapan Dua Kata dan Ujaran Telegrafik.
E.     Struktur Kalimat dasar Orang Dewasa

BAB.  IV. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMEROLEHAN BAHASA
A.    Kognisi
B.     Pola Komunikasi Dalam Keluarga
C.     Jumlah Anak/ Jumlah Keluarga
D.    Posisi Urutan Kelahiran
E.     Kedwibahasaan (Bilingual)
BAB. V. PROSES PERKEMBANGAN BAHASA ANAK
A.    Fonologi
B.     Morfologi
C.     Sintaksis
D.    Sematik

BAB. VI.  FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANAK DALAM BERBAHASA
A.    Evolusi Biologis
B.     Faktor Kognitif
C.    Lingkungan Luar

BAB. VII.  PENUTUP
A.    Kesimpulan
















PEMEROLEHAN BAHASA PADA ANAK
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Al-Ghazali ra dalam bukunya yang berjudul Ihya Ulumuddin telah menyebutkan: “Perlu diketahui bahwa jalan untuk melatih anak-anak termasuk urusan yang paling penting dan harus mendapat prioritas yang lebih dari yang lainnya”. Anak merupakan amanat ditangan kedua orang tuanya dan kalbunya yang masih bersih merupakan permata yang sangat berharga. Jika ia dibiasakan untuk melakukan kebaikan (dalam lingkungan rumah tangga dan lingkungan sosial), niscaya dia akan tumbuh menjadi baik dan menjadi orang yang bahagia di dunia dan di akhirat. Sebaliknya, jika dibiasakan dengan keburukan (dalam lingkungan rumah tangga dan lingkungan sosial) serta ditelantarkan, niscaya dia akan menjadi orang yang celaka dan berdampak sangat buruk bagi perkembangan baik fisik, mental, maupun spiritual sang anak.
Orang tua berkewajiban memelihara anak-anaknya dengan cara mendidik, menanamkan budi pekerti yang baik, mengajarinya akhlak-akhlak yang mulia melalui keteladanan dari orang tuanya, dan juga berusaha memenuhi kebutuhan anak baik lahir maupun batin secara proporsional sesuai dengan tingkat perkembangan dan kondisi anak. Mendidik dan memberikan tuntunan merupakan sebaik-baik hadiah dan perhiasan paling indah yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya.Sudah menjadi keharusan bagi orang tua dan pendidik untuk bekerja bersama-sama memberikan kontribusi secara aktif dan positif dalam membentuk kualitas anak yang cerdas baik secara intelektual, emosional, maupun spiritualnya.[1]
Perkembangan bahasa atau komunikasi pada anak merupakan salah satu aspek dari tahapan perkembangan anak yang seharusnya tidak luput juga dari perhatian para pendidik pada umumnya dan orang tua pada khususnya.  Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan prestasi manusia yang paling hebat dan menakjubkan.Oleh sebab itulah masalah ini mendapat perhatian besar.Pemerolehan bahasa telah ditelaah secara intensif sejak lama. Pada saat itu kita telah mempelajari banyak hal mengenai bagaimana anak-anak berbicara, mengerti, dan menggunakan bahasa, tetapi sangat sedikit hal yang kita ketahui mengenai proses aktual perkembangan bahasa.
Di seluruh dunia, rupanya manusia memiliki tahap-tahap dan bentuk-bentuk yang sama dalam menguasai kemahiran berbahasa. Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Selama pemerolehan bahasa pertama, Chomsky menyebutkan bahwa ada dua proses yaitu proses kompetensi dan performansi. Kedua proses ini merupakan dua proses yang berlainan. Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa secara tidak disadari. Kompetensi dibawa anak sejak lahir, dan memerlukan pembinaan sehingga anak-anak memiliki performansi berbahasa. Perfomasi sendiri adalah kemampuan anak menggunakan bahasa berkomunikasi
( pemahaman dan penerbitan kata-kata).[2]

Pada umumnya kebanyakan ahli kini berpandangan bahwa anak di manapun juga memperoleh bahasa pertamanya dengan memakai strategi yang sama. Kesamaan ini tidak hanya dilandasi oleh biologi dan neurologi manusia yang sama, tetapi juga oleh pandangan mentalistik yang menyatakan bahwa anak telah dibekali dengan bekal kodrati pada saat dilahirkan. Chomsky mengibaratkan anak sebagai entitas yang seluruh tubuhnya dipasang tombol serta kabel listrik mana yang dipencet, itulah yang akan menyebabkan bola lampu tertentu menyala. Jadi, bahasa mana dan wujudnya seperti apa ditentukan oleh input sekitarnya.[3]

Chomsky mengajukan pendekatan “innatist” dalam pemerolehan bahasa. Pandangan ini menitikberatkan pada proses mental dan psikolinguistik. Pendekatan “innatist” juga sering disebut sebagai “nativist”, “mentalism” atau “rationalism”. Apapun namanya, pandangan ini bertentangan secara diametris dengan paham behaviorisme. Pertama, jika behaviorisme tertarik dengan investigasi terhadap paradigma empiris yang dapat diamati dan diobsersvasi, pandangan teori “innatist” tertarik dengan proses mental yang tidak dapat diamati. Kedua, dalam teropong behaviorisme, bahasa adalah sesuatu yang harus ditirukan dan dikondisikan, sedangkan pandangan innatist menganggap bahwa bahasa adalah kemampuan mental dalam memahami aturan bahasa.Proses  ini terjadi melaui proses kognitif yang sangat rumit.[4]
Teori “innatist” memiliki dua asumsi dasar.  Pertama, manusia dari sejak lahir  sudah memiliki kemampuan bahasa. Kemampuan ini sangat unik bagi manusia.Jadi, otak manusia sejak lahir sudah dianugerahi sebuah “mesin bahasa yang dapat memahami aturan tata bahasa.Para pendukung teori ini percaya bahwa semua bahasa punya kesamaan universal. Jadi setiap orang akan dapat mempelajari bahasa jika pengalaman hidupnya mengharuskannya menggunakan bahasa tersebut.[5] Asumsi kedua, perkembangan bahasa mengikuti jadwal biologis dan bersifat kronologis (berurutan).
Sebagaimana anak mengalami perkembangan psikomotor secara bertahap, anak juga mengalami perkembangan yang sama dalam penguasaan bahasanya. Artinya,  jika seorang anak semakin dewasa, perkembangan bahasanyapun akan semakin lengkap. Pandangan ini disokong penuh oleh Eric Lenneberg (1967) dalam Critical Period Hypothesis.Dia berpandangan bahwa periode emas untuk menguasai bahasa adalah dalam masa pubersitas.Sebelum masa itu, penguasaan bahasa tidak dapat dipaksakan. Terlepas dari perdebatan diatas tentang pemerolehan bahasa menurut beberapa Teori  yang ada pemakalah mencoba memaparkan beberapa proses tersebut dalam pokok pembahasan selanjutnya. [6]




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pemerolehan Bahasa
Pemerolehan bahasa atau language acquisition adalah proses yang di pergunakan oleh anak-anak untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis yang makin bertambah rumit, ataupun teori –teori yang masih terpendam yang mungkin sekalai terjadi, dengan ucapan – ucapan orang tuanya sampai dia memilih,  berdasarkan suatu ukuran atau takaran penilaian, tata bahasa yang paling baik serta paling sederhana dari bahasa tersebut. Anak- anak melihat dengan pandngan yang cerah akan kenyataan – kenyataan bahasa yang di pelajarinya dengan melihat tata bahasa asli orang tuanya, serta pembaharuan – pembaharuan yang telah mereka buat, sebagai bahasa tunggal. Kemudian dia menyusun atau membangun suatu tata bahasa baru yang sederhana dengan melakukan pembaharuan- pembaharuan yang mereka buat sendiri dan mudah di pahami menurut nalar si anak.
B. Teori-teori tentang Pemerolehan Bahasa Pertama
1. Teori Behaviorisme
Teori behaviorisme menyoroti aspek perilaku kebahasaan yang dapat diamati langsung dan hubungan antara rangsangan (stimulus) dan reaksi (response).Perilaku bahasa yang efektif adalah membuat reaksi yang tepat terhadap rangsangan. Reaksi ini akan menjadi suatu kebiasaan jika reaksi tersebut dibenarkan. Dengan demikian, anak belajar bahasa pertamanya.
Sebagai contoh, seorang anak mengucapkan bilangkaliuntuk barangkali.Sudah pasti si anak akan dikritik oleh ibunya atau siapa saja yang mendengar kata tersebut. Apabila sutu ketika si anak mengucapkan barangkali dengan tepat, dia tidak mendapat kritikan karena pengucapannya sudah benar.Situasi seperti inilah yang dinamakan membuat reaksi yang tepat terhadap rangsangan dan merupakan hal yang pokok bagi pemerolehan bahasa pertama.
B.F. Skinner adalah tokoh aliran behaviorisme.Dia menulis buku Verbal Behavior(1957) yang digunakan sebagai rujukan bagi pengikut aliran ini.Menurut aliran ini, belajar merupakan hasil faktor eksternal yang dikenakan kepada suatu organisme. Menurut Skinner, perilaku kebahasaan sama dengan perilaku yang lain, dikontrol oleh konsekuensinya. Apabila suatu usaha menyenangkan, perilaku itu akan terus dikerjakan. Sebaliknya, apabila tidak menguntungkan, perilaku itu akan ditinggalkan. Singkatnya, apabila ada reinforcementyang cocok, perilaku akan berubah dan inilah yang disebut belajar. [7]
Namun demikian, banyak kritikan terhadap aliran ini.Chomsky mengatakan bahwa toeri yang berlandaskan conditioning dan reinforcement tidak bisa menjelaskan kalimat-kalimat baru yang diucapkan untuk pertama kali dan inilah yang kita kerjakan tiap hari. Bower dan Hilgard juga menentang aliran ini dengan mengatakan bahwa penelitian mutakhir tidak mendukung aliran ini.
Aliran behaviorisme mengatakan bahwa semua ilmu dapat disederhanakan menjadi hubungan stimulus-response.Hal tersebut tidaklah benar karena tidak semua perilaku berasal dari stimulus-response.
2. Teori Nativisme
Chomsky merupakan penganut nativisme.Menurutnya, bahasa hanya dapat dikuasai oleh manusia, binatang tidak mungkin dapat menguasai bahasa manusia.Pendapat Chomsky didasarkan pada beberapa asumsi.
1.              perilaku berbahasa adalah sesuatu yang diturunkan (genetik), setiap bahasa memiliki pola perkembangan yang sama (merupakan sesuatu yang universal), dan lingkungan memiliki peran kecil di dalam proses pematangan bahasa.
2.              bahasa dapat dikuasai dalam waktu yang relatif singkat.
3.              lingkungan bahasa anak tidak dapat menyediakan data yang cukup bagi penguasaan tata bahasa yang rumit dari orang dewasa.
Menurut aliran ini, bahasa adalah sesuatu yang kompleks dan rumit sehingga mustahil dapat dikuasai dalam waktu yang singkat melalui “peniruan”.Nativisme juga percaya bahwa setiap manusia yang lahir sudah dibekali dengan suatu alat untuk memperoleh bahasa (language acquisition device, disingkat LAD). Mengenai bahasa apa yang akan diperoleh anak bergantung pada bahasa yang digunakan oleh masyarakat sekitar. Sebagai contoh, seorang anak yang dibesarkan di lingkungan Amerika sudah pasti bahasa Inggris menjadi bahasa pertamanya.
Semua anak yang normal dapat belajar bahasa apa saja yang digunakan oleh masyarakat sekitar. Apabila diasingkan sejak lahir, anak ini tidak memperoleh bahasa. Dengan kata lain, LAD tidak mendapat “makanan” sebagaimana biasanya sehingga alat ini tidak bisa mendapat bahasa pertama sebagaimana lazimnya seperti anak yang dipelihara oleh srigala.[8]
Tanpa LAD, tidak mungkin seorang anak dapat menguasai bahasa dalam waktu singkat dan bisa menguasai sistem bahasa yang rumit. LAD juga memungkinkan seorang anak dapat membedakan bunyi bahasa dan bukan bunyi bahasa.
3. Teori Kognitivisme
Menurut teori ini, bahasa bukanlah suatu ciri alamiah yang terpisah, melainkan salah satu di antara beberapa kemampuan yang berasal dari kematangan kognitif.Bahasa distrukturi oleh nalar.Perkembangan bahasa harus berlandaskan pada perubahan yang lebih mendasar dan lebih umum di dalam kognisi.Jadi, urutan-urutan perkembangan kognitif menentukan urutan perkembangan bahasa.Hal ini tentu saja berbeda dengan pendapat Chomsky yang menyatakan bahwa mekanisme umum dari perkembangan kognitif tidak dapat menjelaskan struktur bahasa yang kompleks, abstrak, dan khas.Begitu juga dengan lingkungan berbahasa.Bahasa harus diperoleh secara alamiah.[9]
Menurut teori kognitivisme, yang paling utama harus dicapai adalah perkembangan kognitif, barulah pengetahuan dapat keluar dalam bentuk keterampilan berbahasa.Dari lahir sampai 18 bulan, bahasa dianggap belum ada.Anak hanya memahami dunia melalui indranya.Anak hanya mengenal benda yang dilihat secara langsung. Pada akhir usia satu tahun, anak sudah dapat mengerti bahwa benda memiliki sifat permanen sehingga anak mulai menggunakan simbol untuk mempresentasikan benda yang tidak hadir dihadapannya. Simbol ini kemudian berkembang menjadi kata-kata awal yang diucapkan anak.[10]
4. Teori Interaksionisme
Teori interaksionisme beranggapan bahwa pemerolehan bahasa merupakan hasil interaksi antara kemampuan mental pembelajaran dan lingkungan bahasa. Pemerolehan bahasa itu berhubungan dengan adanya interaksi antara masukan “input” dan kemampuan internal yang dimiliki pembelajar. Setiap anak sudah memiliki LAD sejak lahir.Namun, tanpa ada masukan yang sesuai tidak mungkin anak dapat menguasai bahasa tertentu secara otomatis.
Sebenarnya, menurut hemat penulis, faktor intern dan ekstern dalam pemerolehan bahasa pertama oleh sang anak sangat mempengaruhi. Benar jika ada teori yang mengatakan bahwa kemampuan berbahasa si anak telah ada sejak lahir (telah ada LAD).Hal ini telah dibuktikan oleh berbagai penemuan seperti yang telah dilakukan oleh Howard Gardner.Dia mengatakan bahwa sejak lahir anak telah dibekali berbagai kecerdasan.Salah satu kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan berbahasa.Akan tetapi, yang tidak dapat dilupakan adalah lingkungan juga faktor yang memperngaruhi kemampuan berbahasa si anak.Banyak penemuan yang telah membuktikan hal ini.[11]







BAB III.
Tahap- tahap Pemerolehan Bahasa pada Anak

Masa Bayi atau masa balita (di bawah Lima Tahun) adalah masa yang paling signifikan dalam kehidupan manusia dan jika di ibaratkan pondasi dalam sebuah bangunan jika pondasinya kokoh  maka bangunanya akan kuat dan tahan lama dan begitu juga sebaliknya, Tahap Pemerolehan Bahasa, yang pertama Pada masa balita, manusia pertama kali belajar atau di perkenalkan dengan suasana yang sama sekali “baru”, di bandingkan dengan masa-masa sebelumnya di dalam kandungan. Selama 3 hari pertama, orok yang normal masih lebih banyak tidur. Sekitar 80% waktunya dipergunakan untuk tidur, Setelah 2 minggu bayi mulai mampu melakukan berbagai kegiatan tanpa bantuan orang lain, mulai dari berbalik, duduk, merangkak dan lain sebagainya, menjelang usia 7-8 bulan, perasaan atau emosi bayi mulai muncul, walaupun rasio atau pikirannya belum berfungsi sama sekali, Pada usia 12-14 bulan, bayi mulai mengenal lingkungannya, baik lingkungan fisik ataupun social, Secara bertahap, bayi mulai memahami hubungan antar “kata” dengan apa atau siapa saja yang ada di sekitarnya. Dan untuk itu, bayi mulai memerlukan alat ekspresi yang disebut “bahasa”.Mulai masa inilah bayi mulai belajar mengenal bahasa dari sekitarnya.Pemerolehan bahasa pada bayi sangatlah bertahap yang di bagi dalam beberapa bagian yang berkaitan dengan pemerolehan bahasa pada manusia khusunya pada anak-anak yaitu “Perkembangan Bahasa Anak.[12]
Di tahun pertama kehidupan, manusia tampaknya memproduksi bahasa dengan bergerak maju melewati tahap- tahap berikut :

1.      Mendekut ( kebanyakan mengandung bunyi vokal)

Bayi-bayi sanggup memproduksi bunyi dari dirinya sendiri.Yang paling jelas, aspek-aspek komunikatif dari tangisan – entah diniatkan atau tidak- berfungsi cukup efektif.Namun berdasarkan kemahiran berbahasanya, mendekutnya bayi-bayi yang paling membingungkan ahli-ahli bahasa.Mendekut (cooing) adalah ekspresi oral bayi mengeksplorasi pemroduksian bunyi vocal.Mendekutnya bayi di seluruh dunia, termasuk bayi-bayi tuli juga, tidak bisa dibedakan di antara bayi -bayi dan bahasa-Bayi-bayi sebenarnya lebih baik ketimbang orang dewasa dalam memilihkan bunyi yang tidak bermakna bagi mereka.Mereka bisa membuat pilihan fonetik yang sudah tidak bisa dibedakan lagi oleh orang dewasa.
[13]


2.      Meraban/ mengoceh (mengandung bunyi konsonan dan bunyi vokal)

Di tahap ini bayi-bayi tuli tidak lagi mengucapkan bunyi vokal.Bagi telinga kita, merabannya bayi terus meningkat di antara pembicara-pembicara dari kelompok-kelompok bahasa yang berbeda terdengar sangat mirip.Bunyi diproduksi berdasarkan perubahan di dalam pendengaran bayi. Meraban (babbling) adalah produksi yang dipilih bayi terkait fonem-fonem yang terpilih –entah bunyi vokal maupun konsonannya- yang merupakan ciri bahasa asal bayi Oleh karena itu, mendekutnya bayi diseluruh dunia esensinya sama, namun merabannya bayi berbeda. Salama tahap Ini, kemampuan bayi untuk mencerap dan memproduksi fon-fon selain fonem semakin memudar.
[14]

3.      Ucapan Satu Kata

Pada akhirnya, bayi mengucapkan kata pertamanya.Ini diikuti dengan singkat oleh satu dua kata lagi.Segera sesudahnya, beberapa kata lagi menyusul.Ucapan ini terbatas pada bunyi vokal dan konsonan yang digunakan.Bayi menggunakan satu kata ini –yang disebut holo frase- untuk menyampaikan intense, keinginan dan tuntutan. Biasanya, kata-kata adalah kata benda yang melukiskan objek yang dikenal, yang biasa dilihat anak (seperti mobil, buku, bola,dll) atau keinginan (seperti mama. Papa, jus, kue, dll).[15]

Pada usia 18 bulan, anak-anak biasanya memiliki kosakata 3 sampai 100 kata ,Namun, kosakata anak kecil masih tidak bisa menuangkan semua keinginanya. Akibatnya, anak-anak banyak melakukan kesalahan.Sebuah kekeliruan melebih-lebihkan isi (overextension error) adalah perluasan sacara keliru makna kata-kata dari dalam leksikon untuk menuangkan hal-hal dan gagasan-gagasan tetapi masih belum memiliki kata baru untuk mengekspresikannya.
[16]
Tahap ini berlangsung ketika anak berusia antara 12 dan 18 bulan.Ujaran-ujaran yang mengandung kata-kata tunggal diucapkan anak untuk mengacu pada benda-benda yang dijumpai sehari-hari. Pada tahap ini pula seorang anak mulai menggunakan serangkaian bunyi berulang-ulang untuk makna yang sama. pada usia ini pula, sang anak sudah mengerti bahwa bunyi ujar berkaitan dengan makna dan mulai mengucapkan kata-kata yang pertama. Itulah sebabnya tahap ini disebut tahap satu kata satu frase atau kalimat,yang berarti bahwa satu kata yang diucapkan anak itu merupakan satu konsep yang lengkap, misalnya “mam” (Saya minta makan); “pa” (Saya mau papa ada di sini), “Ma” (Saya mau mama ada di sini).
4.      Ucapan Dua Kata dan Ujaran Telegrafik.

Secara bertahap, antara usia 1,5 sampaai 2,5 tahun, anak-anak mulai mengombinasikan kata-kata tunggal untuk menghasilkan ucapan dua kata.
komunikasi-komunikasi awal ini tampaknya lebih lebih mirip telegram ketimbang percakapan.Kata depan, kata sambung dan morfem-fungsi lainnya biasanya ditinggalkan oleh karena itu, para ahli bahasa menyebut ucapan-ucapan awal ini mirip ujaran didalam telegram. Ujaran telegrafis ini dapat digunakan untuk menggambarkan ujaran dua atau tiga kata bahkan yang sedikit lebih panjang, namun tidak memiliki fungsi. Seperti pengamatan yang di lakukan (Charles Darwin)1877
Tahap ini berlangsung ketika anak berusia 18-20 bulan.Ujaran-ujaran yang terdiri atas dua kata mulai muncul seperti mama mam dan papa ikut.Kalau pada tahap holofrastis ujaran yang diucapkan si anak belum tentu dapat ditentukan makna, pada tahap dua kata ini, ujaran si anak harus ditafsirkan sesuai dengan konteksnya.Pada tahap ini pula anak sudah mulai berpikir secara “subjek + predikat” meskipun hubungan-hubungan seperti infleksi, kata ganti orang dan jamak belum dapat digunakan. Dalam pikiran anak itu, subjek + predikat dapat terdiri atas kata benda + kata benda, seperti “Ani mainan” yang berarti “Ani sedang bermain dengan mainan” atau kata sifat + kata benda, seperti “kotor patu” yang artinya “Sepatu ini kotor” dan sebagainya.
5.      Struktur Kalimat dasar Orang Dewasa

Kosakata mengembang dengan cepat. Ia berlipat lebih dari tiga kali, dari sekitar 300 kata pada usia 2 tahun menjadi 1.000 kata pada usia 3 tahun.hampir secara menakjubkan, mulai dari kira-kira usia 4 tahun, dengan kemahiran kosakata yang bertambah, kemampuan anak mencapai fondasi dan struktur bahasa orang dewasa. Pada usia 5 tahun, kebanyakan anak juga bisa mengerti dan memroduksi konstruksi kalimat yang cukup kompleks dan tidak lazim. Pada usia 10 tahun, bahasa anak secara fundamental sudah sama seperti orang dewasa.
BAB. IV
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak
Secara rinci dapat diidentifikasi sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu:
a. Kognisi (Proses Memperoleh Pengetahuan)
Tinggi rendahnya kemampuan kognisi individu akan mempengaruhi cepat lambatnya     perkembangan bahasa individu. Ini relevan dengan pembahasan sebelumnya bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara pikiran dengan bahasa seseorang.[17]

Dalam teori Kognitivisme ini, bahasa bukanlah suatu ciri alamiah yang terpisah, melainkan salah satu di antara beberapa kemampuan yang berasal dari kematangan kognitif.Bahasa distrukturi oleh nalar.Perkembangan bahasa harus berlandaskan pada perubahan yang lebih mendasar dan lebih umum di dalam kognisi.Jadi, urutan-urutan perkembangan kognitif menentukan urutan perkembangan bahasa.Hal ini tentu saja berbeda dengan pendapat Chomsky yang menyatakan bahwa mekanisme umum dari perkembangan kognitif tidak dapat menjelaskan struktur bahasa yang kompleks, abstrak, dan khas.Begitu juga dengan lingkungan berbahasa.Bahasa harus diperoleh secara alamiah.[18]

b. Pola Komunikasi Dalam Keluarga

Dalam suatu keluarga yang pola komunikasinya banyak arah akan mempercepat   perkembangan bahasa keluarganya. Seperti Pandangan Teori interaksionisme beranggapan bahwa pemerolehan bahasa merupakan hasil interaksi antara kemampuan mental pembelajaran dan lingkungan bahasa. Pemerolehan bahasa itu berhubungan dengan adanya interaksi antara masukan “input” dan kemampuan internal yang dimiliki pembelajar. Setiap anak sudah memiliki LAD sejak lahir.Namun, tanpa ada masukan yang sesuai tidak mungkin anak dapat menguasai bahasa tertentu secara otomatis.
Sebenarnya, menurut hemat pemakalah, faktor intern dan ekstern dalam pemerolehan bahasa pertama oleh sang anak sangat mempengaruhi. Benar jika ada teori yang mengatakan bahwa kemampuan berbahasa si anak telah ada sejak lahir (telah ada LAD).Hal ini telah dibuktikan oleh berbagai penemuan seperti yang telah dilakukan oleh Howard Gardner.Dia mengatakan bahwa sejak lahir anak telah dibekali berbagai kecerdasan.Salah satu kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan berbahasa.  Akan tetapi, yang tidak dapat[19]

c. Jumlah Anak Atau Jumlah Keluarga

Suatu keluarga yang memiliki banyak anggota keluarga, perkembangan bahasa anak lebih cepat, karena terjadi komunikasi yang bervariasi dibandingkan dengan yang hanya memiliki anak tunggal dan tidak ada anggota lain selain keluarga inti.

d. Posisi Urutan Kelahiran

Perkembangan bahasa anak yang posisi kelahirannya di tengah akan lebih cepat ketimbang anak sulung atau anak bungsu. Hal ini disebabkan anak sulung memiliki arah komunikasi ke bawah saja dan anak bungsu hanya memiliki arah komunikasi ke atas saja.

e. Kedwibahasaan (Pemakaian dua bahasa)

Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang menggunakan bahasa lebih dari satu atau lebih bagus dan lebih cepat perkembangan bahasanya ketimbang yang hanya menggunakan satu bahasa saja karena anak terbiasa menggunakan bahasa secara bervariasi. Misalnya, di dalam rumah dia menggunakan bahasa arab dan di luar rumah dia menggunakan bahasa Indonesia. Dalam bukunya “Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja” Syamsu Yusuf mengatakan bahwa perkembangan bahasa dipengaruhi oleh 5 faktor, yaitu: faktor kesehatan, intelegensi, status sosial ekonomi, jenis kelamin, dan hubungan keluarga.
[20]






BAB. V
Proses Perkembangan Bahasa Anak
Manusia berinteraksi satu dengan yang lain melalui komunikasi dalam bentuk bahasa. Komunikasi tersebut terjadi baik secara verbal maupun non verbal yaitu dengan tulisan, bacaan dan tanda atau symbol. Manusia berkomunikasi lewat bahasa memerlukan proses yang berkembang dalam tahap-tahap usianya. Bagaimana manusia bisa menggunakan bahasa sebagai cara berkomunikasi selalu menjadi pertanyaan yang menarik untuk dibahas sehingga memunculkan banyak teori tentang pemerolehan bahasa.
Bahasa adalah simbolisasi dari sesuatu idea atau suatu pemikiran yang ingin dikomunikasikan oleh pengirim pesan dan diterima oleh penerima pesan melalui kode-kode tertentu baik secara verbal maupun nonverbal.Bahasa digunakan anak dalam berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya yang dilakukan untuk bertukar gagasan, pikiran dan emosi.Bahasa bisa diekspresikan melalui bicara yang mengacu pada simbol verbal.
Selain itu, bahasa dapat juga diekspresikan melalui tulisan, tanda gestural, dan musik.Bahasa juga dapat mencakup aspek komunikasi nonverbal seperti gestikulasi, gestural atau pantomim.Gestikulasi adalah ekspresi gerakan tangan dan lengan untuk menekankan makna wicara. Pantomim adalah sebuah cara komunikasi yang mengubah komunikasi verbal dengan aksi yang mencakup beberapa gestural (ekspresi gerakan yang menggunakan setiap bagian tubuh) dengan makna yang berbeda beda.
Dalam tahap Perkembangan ini dapat diuraikan menjadi beberapa bagian antara lain:

1.Fonologi

Anak menggunakan bunyi-bunyi yang telah dipelajarinya dengan bunyi-bunyi yang belum dipelajari, misalnya menggantikan bunyi /l/ yang sudah dipelajari dengan bunyi /r/ yang belum dipelajari.Pada akhir periode berceloteh, anak sudah mampu mengendalikan intonasi, modulasi nada, dan kontur bahasa yang dipelajarinya.
[21]
Perkembangan fonologi melalui proses yang panjang dari dekode bahasa. Sebagian besar konstruksi morfologi anak akan tergantung pada kemampuannya menerima dan memproduksi unit fonologi. Selama usia prasekolah, anak tidak hanya menerima inventaris fonetik dan sistem fonologi tapi juga mengembangkan kemampuan menentukan bunyi mana yang dipakai untuk membedakan makna. Pemerolehan fonologi berkaitan dengan proses konstruksi suku kata yang terdiri dari gabungan vokal dan konsonan. Bahkan dalam babbling, anak menggunakan konsonan-vokal (KV) atau konsonan-vokal-konsonan (KVK). Proses lainnya berkaitan dengan asimilasi dan substitusi sampai pada persepsi dan produksi suara.
2. Morfologi
Pada usia 3 tahun anak sudah membentuk beberapa morfem yang menunjukkan fungsi gramatikal nomina dan verba yang digunakan. Kesalahan gramatika sering terjadi pada tahap ini karena anak masih berusaha mengatakan apa yang ingin dia sampaikan. Anak terus memperbaiki bahasanya sampai usia sepuluh tahun.
Periode perkembangan ditandai dengan peningkatan panjang ucapan rata-rata yang diukur dalam morfem.Panjang rata-rata ucapan, mean length of utterance (MLU) adalah alat prediksi kompleksitas bahasa pada anak yang berbahasa Inggris. MLU sangat erat berhubungan dengan usia dan merupakan prediktor yang baik untuk perkembangan bahasa. Dari usia 18 bulan sampai 5 tahun MLU meningkat kira-kira 1,2 morfem per tahun. Penguasaan morfem mulai terjadi saat anak mulai merangkai kata sekitar usia 2 tahun. Beberapa sumber yang membahas tentang morfem dalam kaitannya dengan morfologi semuanya merupakan Bahasa Inggris yang sangat berbeda dengan Bahasa Indonesia.
3.Sintaksis
Alamsyah   menyebutkan bahwa anak-anak mengembangkan tingkat gramatikal kalimat yang dihasilkan melalui beberapa tahap, yaitu melalui peniruan, melalui penggolongan morfem, dan melalui penyusunan dengan cara menempatkan kata-kata secara bersama-sama untuk membentuk kalimat. Susunan sintaksis paling awal terlihat pada usia kira-kira 18 bulan walaupun pada beberapa anak terlihat pada usia 1 tahun bahkan lebih dari 2 tahun. Awalnya berupa kalimat dua kata.Rangkaian dua kata, berbeda dengan masa “kalimat satu kata” sebelumnya yang disebut masa holofrastis.Kalimat satu kata bisa ditafsirkn dengan mempertimbangkan konteks penggunaannya.Hanya mempertimbangkan arti kata semata-mata tidaklah mungkin kita menangkap makna dari kalimat satu kata tersebut.Peralihan dari kalimat satu kata menjadi kalimat yang merupakan rangkaian kata terjadi secara bertahap.Pada waktu kalimat pertama terbentuk yaitu penggabugan dua kata menjadi kalimat, rangkaian kata tersebut berada pada jalinan intonasi.Jika kalimat dua kata memberi makna lebih dari satu maka anak membedakannya dengan menggunakan pola intonasi yang berbeda. Perkembangan pemerolehan sintaksis meningkat pesat pada waktu anak menjalani usia 2 tahun dan mencapai puncaknya pada akhir usia 2 tahun.

4. Semantik

Karena faktor lingkungan sangat berperan dalam perkembangan semantik, maka pada umur 6-9 bulan anak telah mengenal orang atau benda yang berada di sekitarnya.Leksikal dan pemerolehan konsep berkembang pesat pada masa prasekolah. Terdapat indikasi bahwa anak dengan kosa kata lebih banyak akan lebih popular di kalangan teman-temannya. Diperkirakan terjadi penambahan lima kata perhari di usia 1,5 sampai 6 tahun. Pemahaman kata bertambah tanpa pengajaran langsung orang dewasa.Terjadi strategi pemetaan yang cepat diusia ini sehingga anak dapat menghubungkan suatu kata dengan rujukannya. Pemetaan yang cepat adalah langkah awal dalam proses pemerolehan leksikal. Selanjutnya secara bertahap anak akan mengartikan lagi informasi-informasi baru yang diterima. Definisi kata benda anak usia pra sekolah meliputi properti fisik seperti bentuk, ukuran dan warna, properti fungsi, properti pemakaian, dan lokasi. Definisi kata kerja anak prasekolah juga berbeda dari kata kerja orang dewasa atau anak yang lebih besar.
Anak prasekolah dapat menjelaskan siapa, apa, kapan, di mana, untuk apa, untuk siapa, dengan apa, tapi biasanya mereka belum memahami pertanyaan bagaimana dan mengapa atau menjelaskan proses. Anak akan mengembangkan kosa katanya melalui cerita yang dibacakan orang tuanya. Begitu kosa kata berkembang, kebutuhan untuk mengorganisasikan kosa kata akan lebih meningkat dan beberapa jaringan semantik atau antar relasi akan terbentuk.

BAB. IV
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Anak dalam Berbahasa
Ada tiga faktor paling signifikan yang mempengaruhi anak dalam berbahasa, yaitu  biologis, kognitif,dan linkungan
1. Evolusi Biologi
Evolusi biologis menjadi salah satu landasan  perkembangan bahasa. Mereka menyakini bahwa evolusi biologi membentuk manusia menjadi manusia linguistik. Noam Chomsky (1957) meyakini bahwa  manusia terikat secara biologis untuk mempelajari bahasa pada suatu waktu tertentu dan dengan cara tertentu. Ia menegaskan bahwa setiap anak mempunyai language acquisition device(LAD), yaitu kemampuan alamiah anak untuk berbahasa. Tahun-tahun awal masa anak-anak merupakan periode yang penting untuk belajar bahasa (critical-period). Jika pengenalan bahasa tidak terjadi sebelum masa remaja, maka ketidakmampuan dalam menggunakan tata bahasa yang baik akan dialami seumur hidup. Selain itu, adanya periode penting dalam mempelajari bahasa  bisa dibuktikan salah satunya dari aksen orang dalam berbicara. Menurut teori ini, jika orang berimigrasi setelah berusia 12 tahun kemungkinan akan berbicara bahasa negara yang baru dengan aksen asing pada sisa hidupnya, tetapi kalau orang berimigrasi sebagai anak kecil, aksen akan hilang ketika bahasa baru akan dipelajari.
2. Faktor kognitif
Individu merupakan satu hal yang tidak bisa dipisahkan pada perkembangan bahasa anak.Para ahli kognitif juga menegaskan bahwa kemampuan anak berbahasa tergantung pada kematangan kognitifnya.Tahap awal perkembangan intelektual anak terjadi dari lahir sampai berumur 2 tahun. Pada masa itu anak mengenal dunianya melalui sensasi yang didapat dari inderanya dan membentuk persepsi mereka akan segala hal yang berada di luar dirinya. Misalnya, sapaan lembut dari ibu/ayah ia dengar dan belaian halus, ia rasakan, kedua hal ini membentuk suatu simbol dalam proses mental  anak. Perekaman sensasi  nonverbal (simbolik) akan berkaitan dengan memori asosiatif yang nantinya akan memunculkan suatu logika. Bahasa simbolik itu merupakan bahasa yang personal dan setiap bayi pertama kali berkomunikasi dengan orang lain menggunakan bahasa simbolik. Sehingga sering terjadi hanya ibu yang mengerti apa yang diinginkan oleh anaknya dengan melihat/mencermati bahasa simbol yang dikeluarkan oleh anak. Simbol yang dikeluarkan anak dan dibahasakan oleh ibu itulah yang nanti membuat suatu asosiasi, misalnya saat bayi lapar, ia menangis dan memasukkan tangan ke mulut, dan ibu membahasakan, “lapar ya..mau makan?”
3. lingkungan luar
Sementara itu, di sisi lain proses penguasaan bahasa tergantung dari stimulus darilingkungan.Pada umumnya, anak diperkenalkan bahasa sejak awal perkembangan mereka, salah satunya disebut motherse, yaitu cara ibu atau orang dewasa, anak belajar bahasa melalui proses imitasi dan perulangan dari orang-orangdisekitarnya.





BAB VII
PENUTUP

Kesimpulan

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan beberapa poin, yaitu :
1.      Para ahli psikologi perkembangan mendefinisikan perkembangan bahasa sebagai kemampuan individu dalam menguasai kosa kata, ucapan, gramatikal, dan etika pengucapannya dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan perkembangan umur kronologisnya.

2.      Tahapan perkembangan bahasa dapat dibedakan ke dalam 6 tahapan, yaitu: Tahap Meraban/pralinguistik (pertama dan kedua), tahap holostik (tahap linguistic pertama), tahap ucapan dua kata, tahap pengembangan tata bahasa, tahap tata bahasa menjelang dewasa, tahap kompetensi lengkap

3.      Ada perbedaan pendapat tentang faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak diantaranya, aliran nativisme yang menyatakan bahwa berkembangnya bahasa itu ditentukan oleh faktor-faktor bawaan sedangkan aliran empirisme atau behaviorisme justru berpandangan sebaliknya, yaitu bahwa kemampuan perkembangan berbahasa seseorang tidak ditentukan oleh bawaan sejak lahir melainkan ditentukan oleh proses belajar dari lingkunganya.

Pemerolehan bahasa pertama adalah proses penguasaan bahasa pertama oleh si anak. Selama penguasaan bahasa pertama ini, terdapat dua proses yang terlibat, yaitu proses kompetensi dan proses performansi. Kedua proses ini tentu saja diperoleh oleh anak secara tidak sadar.
Ada beberapa tahap yang dilalui oleh sang anak selama memperoleh bahasa pertama. Tahap yang dimaksud adalah vokalisasi bunyi, tahap satu-kata atau holofrastis, tahap dua-kata, tahap dua-kata, ujaran telegrafis.Selain tahap pemerolehan bahsa seperti yang telah disebutkan ini, ada juga para ahli bahasa, seperti Aitchison mengemukakan beberapa tahap pemerolehan bahasa anak. Tahap-tahap yang dia maksud adalah mendengkur, meraban, pola intonasi, tuturan satu kata, tuturan dua kata, infleksi kata, bentuk tanya dan bentuk ingkar, konstruksi yang jarang atau kompleks, tuturan yang matang. Meskipun terjadi perbedaan dalam hal pembagian tahap-tahap yang dilalui oleh anak saat memperoleh bahasa pertamanya, jika dilihat secara cermat, pembahasan dalam setiap tahap pemerolehan bahasa pertama anak memiliki kesamaan, yaitu adanya proses fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik.
Bagaimana sebenarnya proses pemerolehan bahasa pertama ini? Ada beberapa teori pemerolehan bahasa yang menjelaskan hal ini, yaitu teori behaviorisme, nativisme, kognitivisme, interaksionisme. Keempat teori ini memiliki sudut pandang yang berbeda dalam menjelaskan perihal cara anak memperoleh bahasa pertamanya. Demikianlah makalah yang dapat saya Presentasikan kurang lebihnya mohon kritik dan masukan yang membangun. wasalam

DAFTAR PUSTAKA

1.      Werker, J.E. 1989. Becoming a Native Listener. Dalam American scientist, No.77, hlm. 54-59
2.      Oller, D.K., Eilers,. R.E. 1998. Interpretive and Methodological Difficulties in Evaluating Babbling Drift. Dalam parole, No. 7 hlm. 147-164.
3.      Locke, J.L. 1994. Phases in the Child’s Development of Language. Dalam American scientist, No. 82, hlm. 436-445.
4.      Petitto, L., & Marentette, P.F. 1991. Babbling in the manual mode: Evidence For the Ontogeny of Language. Dalam Scientist, No. 251 (5000), hlm. 1493-1499.
5.      Ingram, D. 1999. Phonological Acquisition.
6.       M. Barret (Ed.), The Development of Language. Eats Sussex, UK: Psycology Press. Hlm.845-865.
7.      Siegler, R.S. 1986. Children’s Thinking. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.
8.      Sternbernberg, Robert. J . 2008. Psikologi Kognitif_edisi empat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
9.      Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja (Perkembangan Peseta didik), Jakarta; PT. Bumi Aksara, 2004
10.  Chaer, Abdul, Psikolingustik Kajian Teoretik, Jakarta; Rineka Cipta, 2003
11.  Henry Guntur Tarigan, Psikolingustik, Bandung; Angkasa, cet-10, 1986
12.  Yusuf, Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung; PT. Rosda Karya, cet-5, 2004
13.  Alamsyah, Teuku. 1997. Pemerolehan Bahasa Kedua (Second Language Acqusition). Diktat Kuliah Program S-2. Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala.
14.  Baradja, M.F. 1990. Kapita Selekta Pengajaran Bahasa. Malang: IKIP
15.  Campbel, dkk. 2006. Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences. Depok: Intuisi Press.
16.  Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik:Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta.
17.  Dardjowidjojo, Soenjono. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor.
18.  Fromkin Victoria dan Robert Rodman. 1993. An Introduction to Language. Florida: Harcourt Brace Jovanovich Collage.
19.  Mahmud, Saifuddin dan Sa’adiah. 1997. Teori Pembelajaran Bahasa: Materi Kuliah Program Setara D-3. Banda Aceh: FKIP Unsyiah.
20.  Mar’at, Samsunuwiyati. 2005. Psikolinguistik Suatu Pengantar. Bandung: PT Refika Aditama.


[1] . Kitab Ihya ullumudin Karangan Imam Al-Ghazali
[2]. Chaer, Abdul, Psikolingustik Kajian Teoretik, Jakarta; Rineka Cipta, 2003

3.Henry Guntur Tarigan, Psikolingustik, Bandung; Angkasa, cet-10, 1986
[5]Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik:Kajian Teoretik.Hal.223  Jakarta: Rineka Cipta
[6]Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik:Kajian Teoretik.Hal.223  Jakarta: Rineka Cipta.

[7]Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik:Kajian Teoretik.Hal.223  Jakarta: Rineka Cipta.
[8]Baradja, M.F. 1990. Kapita Selekta Pengajaran Bahasa.Hal 33   Malang: IKIP
[9]Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik:Kajian Teoretik.Hal.223  Jakarta: Rineka Cipta.
[10]Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik:Kajian Teoretik.Hal.223  Jakarta: Rineka Cipta.
[11] Campbel, dkk.2006. Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences.Hal. 2-3  Depok: Intuisi Press.
12.Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja (Perkembangan Peseta didik), Jakarta; PT. Bumi Aksara, 2004



9.Werker, J.E. 1989. Becoming a Native Listener.Dalam American scientist, No.77, hlm. 54-59.

[14]Locke, J.L. 1994. Phases in the Child’s Development of Language.Dalam American scientist, No. 82, hlm. 436-445.

[15]Ingram, D. 1999. Phonological Acquisition. Dalam M. Barret (Ed.), The Development of Language. Eats Sussex, UK: Psycology Press.Hlm.845-865.

[16]Siegler, R.S. 1986. Children’s Thinking. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.


[18]Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik:Kajian Teoretik.Hal.223  Jakarta: Rineka Cipta.
[19]Campbel, dkk.2006. Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences. Depok: Intuisi Press.

[20]Yusuf, Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung; PT. Rosda Karya, cet-5, 2004


[21]Ingram, D. 1999. Phonological Acquisition. Dalam M. Barret (Ed.), The Development of Language. Eats Sussex, UK: Psycology Press.Hlm.845-865.

Pragmatisme Manusia Moderen

Pragmatisme Manusia Moderen Sejak bergulirnya Era reformasi Indonesia sudah Berganti 5 kali kepemimpinan Presiden Namun ekonomi bukan semak...