Friday, 3 February 2017

تطوير الألفظ العربية لتلبية تظوير المعنى


PENDAHULUAN

            Perkembangan bahasa pada masa sekarang ini sangat pesat dan maju, arus globalisasi sangat besar mempengaruhi perkembangan bahasa. Bidang ekonomi pertahanan pendidikan, kesehatan, teknologi dan yang lainnya merupakan indikator utama yang mempengaruhi perkembangan kebahasaan pada dewasa ini. Bahasa Arab sebagai bahasa resmi yang diakui oleh masyarakat dunia khusunya PBB  menjadikan bahasa yang sangat penting bagi pemilik bahasa itu dan masyarakat arab untuk kebutuhan komunikasi dan penelitian.
            Arus globalisasi yang sangat cepat ini merupakan tantangan tersendiri bagi bahasa arab itu sendiri karena karena akan terjadi transformasi antara budaya yang berbeda. Sudah kita ketahui semua bahasa bahasa dan budaya bagaikan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan, oleh karena itu untuk mengakomodasi masuknya budaya yang masuk ke bangsa Arab diperlukan bahasa baru untuk memenuhi kebutuhan makna dari bahasa baru tersebut. Tetapi dalam menentukan atau membuat kata-kata baru dalam bahasa Arab yang sebelumnya tidak ditemukan pada bahasa Arab yang sudah ada tidak bisa dilakukan begitu saja, tetapi mempunyai aturan-aturan tersendiri. Para linguis dari jauh-jauh hari sejak dahulu sudah mengantisipasi masalah ini, diantaranya membahas tentang Ta’rib (Arabisasi). Pada proses arabisasi ini ternyata banyak sekali kaidah-kaidah yang harus dipenuhi oleh kalangan linguis dalam menentukan kata baru dalam bahasa Arab.
            Oleh karea itu pemakalah pada kesempatan kali ini akan mencoba membahas kaidah-kaidah dalam menentukan lafadz baru bahasa Arab yang berasal dari bahasa Asing, diantaranya: ta’rib (Arabisasi), isytiqâq (derivasi),  Naht (Penyingkatan), dan taulîd (Pembentukan kata)


PEMBAHASAN

Menurut ‘Abdul Qadir Abu Syarifah untuk memenuhi perkembangan makna bahasa arab yang tidak terakomodir oleh kata bahasa arab stidaknya membutuhkan tiga cara yaitu: cara Ta’rib, isytiqâq dan Naht.[1] Sejalan dengan itu juga Panitia pembentukan istilah-istilah ilmiyah di Baghdad tahun 1926 telah menetapkan apa yang disebut dengan Undang-Undang dan rumusan-rumusandalam pembentukan istilah-istilah, diantaranya yaitu: isytiqâq (derivasi) dan  ta’rib (Arabisasi).  Dan pada akhirnya majma’ ilmi Iraq menetapkan rumusan-rumusannya yaitu isytiqâq (derivasi) dan  ta’rib, dan Naht. Ada pendapat pula yang menambahkan istilah taulîd dalam pembentukan kata bahasa Arab.

1.      Tar’rîb (Arabisasi)
Pengertian ta’rib menurut para ulama terdahulu adalah “ sebuah nama yang diungkapkan dengan kata arab dengan metode pengucapan bahasa Arab”. Dengan pengertian memindahkan kata asing kepada kata Arab. Berkaitan dengan ta’rib  ini ada istilah yang berhubungan dengan hal ini yaitu Mu’arrab dan ad-dakhîl.
            Mu’arrab adalah  perubahan yang terjadi pada sebuah lafadz pada harakat atau hurufnya ketika lafadz itu telah masuk dalam bahasa Arab. Adapun ad-dakhîl adalah sebuah lafadz yang masuk kedalam bahasa arab tanpa ada perubahan.[2] Diantara para ulama yang membahas tentang mua’arrab ini adalah: ibn Qutaibah (fî adabi al-kâtib)............adapun pada abad keenam yang membahas khusus tentang Mu’arrab adalah al-Jawâlîqî (465-540 H) dengan judul al-mu’arrab min al-kalâm al-a’jamî, عبد الله بن محمد العذري البشبيشي (762-820 H) dengan kitabnya التذليل والتكميل لما استعمال من اللفظ الدخيل, شهاب الدين الخفاجي dengan judul bukunya شفاء الغليل فيما في الكلام العرب من الدخيل.  
Mushtofa Syihabi, dia adalah orang yang paling terkenal dalam pengi’raban yang modern mengatakan bahwa: syarat-syarat untuk pemindahan sesuatu yangumum dalam berbagai ilmu pengetahuan, dan ringkasannya yaitu:
a.       Pengeksplorasian makna arab, ini mengharuskan kita untuk menelitiseluas-luasnya terhadap kata-kata ilmiah yang terkandung dalam kamus-kamus Arab dan juga berbagai macam buku-buku ilmiah klasik 
b.      Apabila kata asing itu baru atau tidak mempunyai padanan dalam bahasa Arab, kita menerjemahkannya dengan maknanya apabila mungkin untuk diterjemahkan atau kita derivasikan dengan kata arab yang sepadan kemudian kita menelaah kembali cara peletakan atau pemakaian kata tersebut dengan metode-metode yang telah kita sepakatiisytiqaq/derivasi, majaz/analogi, naht/abreviasi dan tarkib majazi/frasamajmu’
c.       Apabila ada kendala dalam peletakan kata tersebut dengan metode-metode yang kita sebutkan tadi maka kita sengaja memasukkan kata tersebut dalam bahasa Arab (Ta’rib/Arabisasi) dengan memperhatikan qaidah-qaidah yang semestinya.[3]

2.      Isytiqâq
            Yang dimaksud dengan isytiqoq adalah pengambilan sighot (bentuk kata) dari sighot yang lain, karena ada persamaan baik dari segi bentuk, maknanya maupun strukturnya dengan beberapa tambahan tertentu yang telah ditetapkan.
Ada dua pendapat ulama mengenai isytiqok ini, antara lain :
1. Ulama Bashrah bahwa sumber isytqoq adalah masdar
2. Ulama Kufah bahwa sumber isytiqaq adala kata kerja (fi`il).
    Isytiqoq menurut ulama bahasa di bagi tiga macam, antara lain:a.      
a.       Isytiqoq shogir
 yang aplikasinya melalui tasrif yang kita kenal selama ini yaitu pengembangan lafadz  dari       lafadz  asli dengan syarat adanya kecocokan dari segi makna, huruf dan juga urutannya
Sebagai contoh :  ضرب   -  ضارب  - مضروب
b.       Istiqoq kabir disebut juga al-qalb al-luqhawi
 yaitu adanya persamaan antara dua kata, baik dari segi lafadz maupun dari segi makna, akan tetapi tidak sama dalam urutan huruf sebagai contoh :
حمد – مدح  
  جبد  -  جدب  
c.       Isytiqoq Akbar disebut juga al-ibdal al-liqhawi
yaitu menukar suatu huruf yang lain. dalam proses ini huruf yang mengalami pertukaran tidak disyaratkan memiliki makhroj yang sama. Boleh saja terjadi pada setiap hurufkarena yang penting disini adanya kesesuaian makna antara dua lafadz,
sebagai contoh kata : السراط -  الصراط
yang memiliki makna suatu dengan dua lafadz yang berbeda.
d.      Isytiqoq al-Kibar atau naht (penyingkatan)
Isytiqaq al-Kibar disebut juga dengan naht dan pada makalah ini akan dijelaskan pada sub tersendiri di bawah ini [4]
3.      Naht (Penyingkatan)
a.       Macam-macam naht
Naht disebut juga isytiqâq al-kibâr memiliki pengertian secara bahasa النشر (    ), البري (   ),
القطع (memotong).[5] n-Naht adalah membuat kata baru yang mengambil dari dua unsur kata yang berbeda atau lebih tetapi tetap menunjukan pada makna yang diambil baik berupa isim dan fi`il.[6]  Seperti kalimat بسم الله الرحمن الرحيم yang disingkat menjadi kata بسمل yang menunjukan kepada makna kalimat pertama.
Naht terbagi kedalam empat macam:



1.      Naht Fi’li
Naht Fi’li yaitu menggabung jumlah (susunan kalimat) yang menunjukkan bahwa seseorang mengucapkan jumlah (susunan kalimat) itu, Contohnya:


قال بسم الله
بسمل
قال جعلت فداك
جعفل
قال الحمد لله
حمدل
قال السلام عليكم
سمعل
قال حي على الصلاة حي على الفلاح
حيعل
قال ادام الله عزك
دمعز
قال لا اله الالله
هيلل (هلل
قال اطال الله بقاءك
طلبق
قال بأبي فداك
بأبأ
قال جعلت فداك
جعفل
قال لاحول ولا قوة الا بالله
حوقل (حوقل)
قال ماشاء الله كان
مشكن
قال ماشاء الله
مشأل
قال كبت الله عدوك
كبتع
قال سبحان الله
حسبل

2.      Naht nisbi
Naht nisbi Yaitu menisbahkan sesuatu atau sesorang atau suatu perbuatan kepada dua isim contoh:



عبد الدار
عبدري
امرىء القيس
مرقسي
تيم اللات
تيملي
بني الحارت
بلحارت
بني العنبر
بلعنبر
بني الهجيم
بلهجيم
طبرستان وخوارزم
طبر خزيَّ
عبد الله
عبدلي
حضرموت
حضرمي
عبد القيس
عبقسي
اي يذهب مذهب ابي حنيفة والمعتزلة
حنفلى

3.      Naht ismî
Naht ismî yaitu menggabung dua kata menjadi sebuah ungkapan dalam bentuk kata benda (isim), contohnya:
جلمود : جلد + جمد
حبْقُر : حبّ قَرّ
عقابيل : عقبى الحمى وعقبى العلة. (بقايا العلة في الجسد).

4.      Naht washfî
Naht washfî yaitu dengan menyingkat dua kata menjadi satu ungkapan yang menunjukan makna kata yang disingkat atau mempunyai makna lebih tegas dari kata yang disingkat, contohnya:

ضبَطْر : من الضبط والضبر (الاكتناز)
صلدم : (شديد الحافر) : من الصلد والصدم
صهصلق : من الصهيل والصلق ( وهو الصوت المرتفع)


5.      Taulîd
Taulîd (Pembentukan Kata) merupakan metode kedua dalam arabisasi atau pengaraban sebuah kata/ istilah. Sedangkan dalam pengembangan kosakata bahasa Arab, taulîd merupakan metode utamanya. Dalam bahasa Arab terdapat beberapa istilah terkait dengan pembentukan kata, yaitu tawallud dan taulîd. Secara leksikal, tawallud  bermakna mencapai sesuatu dari sesuatu, sedangkan taulîd  bermakna menghasilkan sesuatu dari sesuatu. Adapun dalam bahasa, taulîd  menjadi sebuah istilah yang bermakna sebuah proses untuk menghasilkan suatu kata dari kata lainnya atau proses untuk menciptakan suatu kata yang belum ada sebelumnya.
Taulîd  sebagai proses pembentukan kata meliputi proses morfologis dan proses analogis. Contoh bentuk proses morfologis tauliid seperti afiksasi pada kata sehingga menjadi  atau atau afiksasi pada kata sehingga menjadi. Contoh proses analogis taulîd  seperti analogi pada kata yang bermakna kereta api diambil atau dialogkan pada makna sebelumnya yaitu rombongan unta. Kata yang dihasilkan dari tauliid disebut muwallad (kata bentukan)
Pendapat awal tentang istilah al muwallad Istilahal muwallad dipadankan dengan ad-dakhîl, al-muarrab, atau al aammyy.
Istilah al-muwallad dipadankan dengan al-dakhiil, merupakan pandangan Syihab al Khafaji (1096 H) penulis buku : شفاء الغليل  في ما في الكلام العرب من الدخيل  Diantara kata-kata yang menurutnya disebutالدخيل  adalah kata شبتوي  dinisbatkan kepada kata شتاء , kataكيفية  dinisbatkan kepada kataكيف , kata كمية    dinisbatkan kepada kataكم  .
Istilahal muwallad dipadankan dengan al-ammyy, merupakan pandangan al Farabi dalam bukunya :في دوان الأدب  , juga merupakan pandangan al  Baghdady dalam bukunya ذيل الفصيح  . Diantara kata-kata yang disebut al-‘aammyy  adalah kata ستي  berasal dari kata سيدتي .
            Istilah al muwallad dipadankan dengan al mu'arrab, merupakan pandangan Zufaji yang dinukil oleh Suyuti. Diantara kata-kata yang menurutnyadisebut al muarrab adalah kataالفلوذج yang diserab dari kata asing yang berbunyi الفلوذق .
pendapat baru tentang istilah  al muwallad al muwallad merupakan istilah yang digunakan untuk kata yang bukan asli berasal dari bahasa Arab yang dihasilkan dari dua proses, yaitu (1) analogi dan derevasi dan (2) serapan. Menurut Abd al Qadir al Maghribi, taulîd meliputi tiga cara: derivasi, serapan, dan sinonimi. Sedangkan menurut Fahri, taulîd meliputi analogi, derivasi,  kontraksi, dan serapan seperti pernyataannya dalam sebuah seminar di Ribat 1981, yaitu: “Metode yang digunakan dalam pembentukan istilah keilmuan baru melalui analogi, derivasi, serapan, dan kontraksi”. Macam-macam pola derivasi, analogi, irtijaal, dan arabisasi adalah yang disebut oleh ilmuan kini dengan nama taulîd. Namun menurut penulis buku, serapan dan irtijâl tidak tergolong taulîd karena keduanya menghasilkan kata yang tidak memiliki akar dari kata asli bahasa Arab seperti kata أصعل  yang bermakna خفيف الرأس. [7]
Taulîd menjadi perantara bahasa bahasa yang pertama dalam perkembangan dan kemajuannya sepanjang zaman. Pada masa jahiliyah dilahirkan istilah-istilah dalam bidang agama seperti : as-Sidanah, as-Siqayah, al-Rifadah al-Hanifu, al-qasisu, dan ad-Dayru . Kemudian al-Usru, ia adalah kandung kemih dalam bidang kedokteran. Dalam bidang Qiyas ada istilah, al-Farsakh. al-Mil, al-dziradll.
            Selanjutnya pada masa Islam terjadi revolusi dalam munculnya taulid dan peristilahan, misalnya istilah-istilah seperti :  fiqh, Islam, Kufr, Syirk, sujud, dst., istilah-istilah dalam hadits misalnya seperti: al-khabar, al-shahih,al-mursal, danal-maudlu, istilah-istilah kebahasaan seperti: al-I’rab, al-bina, ar-raf’u, dan al-hal, istilah-istilah matematika seperti:  sepertiga, seperempat, istilah-istilahfilsafat: µarald ,  jawhar , mahiyah, hawiyah, qanun, istilah-istilah administrasi: khalifah, dawlah, hukumah, wilayah, dan diwan. Istilah-istilah dan lafadz-lafadz yang kebanyakan lahir pada masa itu telah didokumentasikan oleh Ahmad bin Hamdan al-Razi (322 H) dalam kitabnya yang bernama al-Zinah fi al-kalimatal- Islamiyah”.
Pada masa ini tawlid menjadi cara utama bagi para pembaharu dalam menetapkan lafadz-lafadz dan istilah-istilah. Dr. Muhamad Rasyad al-Hamzawi menyebutkan bahwa penghitungan dan penelitian terhadap istilah-istilah Arab yang sudah ditetapkan hingga hari ini dalam berbagai bidang ilmu sungguh bermanfaat, karena perantara ini dapat memperkaya khazanah kamus Arab hingga mendekati 95 % di antara istilah-istilah di dalamnya, karena 4,5 % dari istilah-istilah Arab yang dibuat yaitu sebagian berasal dari istilah yang diarabkan (muarrabat ) dan dimasukkan kedalam bahasa Arab (dakhilat ), sisanya, 0,5 %, berasal dari akronimi yang berasaldari bahasa Prancis dan Inggris.
Ketika seorang peneliti yang berbicara tentang tawlid memasukkan majaz  pada isytiqâq pada akhir-akhir pembahasannya, maka kami sesungguhnya juga memasukkan naht, yang oleh linguis-linguis kontemporer dinamakan isytiqâq, kedalam taulid. Dengan demikian taulid, sebagai isytiqâq dan majaz dengan berbagai bentuknya, sesungguhnya memperkaya bahwa Arab 95,5 % sesuai dengan kebutuhannya dalam peristilahan dan pelafadzan. Penghitungan yang kami lakukan menunjukkan jumlah yang berbeda secara khusus, yaitu bahwa istilah-istilah yang muwallad  (dihasilkan dari tawlid) yang ditetapkan oleh lembaga-lembaga bahasa ilmiah naik. Diantara sejumlah istilah-istilah elektronik yang ditetapkan oleh Majmaal-Qahirah yang mencapai 270 istilah, ditemukan 167 istilah adalah muwallad. Dalam istilah-istilah dalam kereta api yang ditetapkan oleh Majma Iraqi yang mencapai 235 istilah, ditemukan 66 istilah adalah muwallad, misalnya: mikbahah (rem), murid, mimthar ( jaz hujan), laqifah, qithar (kereta api).Dan di antara istilah-istilah biologi yang ditetapkan Majma al-Qahirahyang jumlahnya 56 istilah, ditemukan 33 istilah adalah muwallad.
Tampak pada kekhawatiran yang pertama ini bahwa muwallad  yang sudahkita bahas, lebih sedikit dari yang disebutkan oleh Dr. Hamzawi. Ia menurut kami sekitar tujuh kata, mencapai 32 %. Sebab dari perbedaan ini adalah bahwa Dr.Hamzawi menyusun, dalam penghitungannya, cara-cara membuat istilah dengan tawlid, naht, tarib, tadkhil, dengan kata lain yaitu antara istilah yang asli Arabdan yang muqtaridl  atau pinjaman. Sehingga istilah yang asli Arab mencapai 95,5% dan yang muqtaridl 4,5 %. Sedangkan kami menyusun cara-cara membuat istilah yaitu melalui tarjamah, tawlid  dan iqtiradl. Dan cara yang kita maksudkanadalah cara muwallad, kami tidakmemasukkan yang mutarjam (hasil terjemahan)di dalamnya. Kalau kami sengaja sebagaimana Dr. Hamzawi untuk membagiistilah-istilah yang sudah ditetapkan kepada istilah Arab dan muqtaridl  niscaya kedua cara itu sesuai, misalnya dalam istilah-istilah (teknik pengairan) yang ditetapkan oleh Majma al-Iraqi jumlahnya 180 istilah, kami temukan delapan istilah yang muarrab (diarabkan), dan sisanya asli Arab, yaitu 95,6 % dan yang muarrab 4,4 %. Jelas bahwa dalam penjelasan cara membuat istilah ini memang terjadi sedikit perbedaan yang disebabkan sejauh mana pembaharuan dan karakteristik sebuah ilmu terjadi dan metode serta perspektif yang digunakan.
Tidak diragukan lagi bahwa pemahaman kami tentang tawlid yang terdiri dari isytiqaq dan majaz tetap sebagaimana yang digariskan oleh para linguis dan pakar balghah sesuai dengan aturan-aturan bahasa yang ada di teks-teks Arabyang fashih.[8]


























PENUTUP


Untuk memenuhi makna bahasa arab mempunyai cara atau metode pembentukan kata bahasa arab apabila sebelumnya belum terakomodir oleh bahasa arab itu sendiri. Para pakar sedikit berbeda pendapat bagaimana cara-cara pembentukan itu tetapi padasarnya sama. Diantara cara yang masih dipakai oleh para linguis Arab dalam pembentukan kata baru dalam rangka pemenuhan makna itu adalah pertama dengan jalan Ta’rib, isytiqâq, Naht, dan taulid. Cara lain yang pemakalah belum sebutkan dalam pembahasan kali ini adalah Qiyas karena Qiyas ini bagi sebagian orang merupakan sub metode tersendiri dalam pembuatan lafadz-lafadz baru dalam bahasa Arab.



















DAFTAR PUSTAKA


عبد القادر ابو شريفة حسين لافي و داود غطاشة، علم الدلالة والمعاجم العربي، (دار الفكر للنشر و التوزيع : 1989)
http://marihanafiah.wordpress.com/2008/06/27/karakteristik-bahasa-arab/
http://id.scribd.com/doc/59852948/Ilm-Mustholah







                                                                                                                   


[1]  عبد القادر ابو شريفة حسين لافي و داود غطاشة، علم الدلالة والمعاجم العربي، (دار الفكر للنشر و التوزيع : 1989) ص، 86
[2]  عبد القادر ابو شريفة حسين لافي و داود غطاشة، علم الدلالة والمعاجم العربي،...89   
[3] http://id.scribd.com/doc/59852948/Ilm-Mustholah
[4] http://marihanafiah.wordpress.com/2008/06/27/karakteristik-bahasa-arab/
[5] عبد القادر ابو شريفة حسين لافي و داود غطاشة، علم الدلالة والمعاجم العربي،...105
[6] http://marihanafiah.wordpress.com/2008/06/27/karakteristik-bahasa-arab/

No comments:

Post a Comment

Pragmatisme Manusia Moderen

Pragmatisme Manusia Moderen Sejak bergulirnya Era reformasi Indonesia sudah Berganti 5 kali kepemimpinan Presiden Namun ekonomi bukan semak...