Friday, 10 February 2017
RAGAM BAHASA LISAN DAN TULIS SERTA PERNYATAAN DAN PROPOSISI
KONSEP RAGAM BAHASA LISAN DAN TULIS SERTA PERNYATAAN DAN PROPOSISI
Oleh: Zaenal Arifin
Pendahuluan Bahasa yang amat luas wilayah pemakaiannya dan bermacam-macam pula latar belakang penuturnya, mau tidak mau akan melahirkan sejumlah ragam bahasa. Adanya bermacam-macam ragam bahasa ini sesuai dengan fungsi, kedudukan, serta lingkungan yang berbeda-beda. Ragam bahasa ini pada pokoknya dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu ragam lisan dan ragam tulis. Tidak dapat kita mungkiri, ragam bahasa lisan sangat berbeda dengan ragam bahasa tulis. Ada pendapat yang mengatakan bahwa ragam bahasa tulis adalah pengalihan ragam lisan ke dalam ragam bahasa tulis (huruf). Pendapat ini tidak dapat dibenarkan seratus persen sebab tidak semua ragam bahasa lisan dapat dituliskan; sebaliknya, tidak semua ragam tulis dapat dilisankan.
Kaidah yang berlaku bagi ragam lisan belum tentu berlaku bagi ragam tulis (Arifin dan Tasai 2011: 18). Bahasa adalah sebuah sistem bunyi. Jadi, bahasa itu adalah apa yang dilisankan. Dan linguistik juga melihat bahasa itu adalah bahasa lisan, bahasa yang diucapkan, bukan yang dituliskan. Namun, linguistik sebenarnya juga tidak menutup 2 Isu-Isu Kontemporer Kebahasa-Araban diri terhadap bahasa tulis, sebab apa pun yang berkenaan dengan bahasa adalah juga menjadi objek linguistik; padahal bahasa tulis dekat sekali hubungannya dengan bahasa.
Hanya masalahnya, linguistik juga memiliki prioritas dalam kajiannya. Maka bagi linguistik bahasa lisan adalah primer, sedangkan bahasa tulis adalah sekunder. Bahasa lisan lebih dahulu ada daripada bahasa tulis. Bahkan hingga saat ini masih banyak bahasa di dunia ini yang belum memiliki tradisi menulis. Artinya, bahasa itu hanya digunakan secara lisan, tidak secara tulisan. Dalam bahasa itu belum dikenal ragam bahasa tulis, yang ada hanya ragam bahasa lisan (Chaer 2007: 82). Dalam makalah ini penulis membagi dua bagian pembahasan, yang pertama ragam bahasa lisan dan tulisan, pada bagian ini penulis mencoba membedakan antara ragam bahasa lisan dan tulis Di bagian kedua penulis akan menyajikan pernyataan (statement) dan proposisi dan mencoba mengkaji pengertian keduanya sehingga dapat terlihat letak perbedaan di antara keduanya. Namun dalam bagian kedua ini penulis akan lebih dalam menyajikan proposisi.
Penulis menyadari betul akan keterbatasan kemampuan penulis dalam bidang linguistik bahasa Arab terutama ragam bahasa lisan dan tulis serta proposisi yang menjadi pembahasan dalam makalah ini dan penulis juga menyadari akan kurang maksimalnya penulis dalam usaha untuk memperoleh sumber buku bahasa Arab yang mengkaji pembahasan ini, maka penulis hanya dapat memberikan contoh-contohnya dalam bahasa Indonesia saja. Dan akhirnya penulis sangat mengharapkan kritik dan saran membangun dari pembaca makalah yang sederhana ini.
Ragam Bahasa, Pernyataan dan Proposisi Pembahasan Ragam Bahasa Berdasarkan Media Berdasarkan media yang digunakan ragam bahasa dibedakan atas (Widjono 2011: 23-25): 1. Ragam bahasa lisan, seperti berpidato, berdiskusi dan bertelepon. 2. Ragam bahasa tulis, seperti surat, undang-undang dan catatan. Ragam bahasa lisan ditandai dengan penggunaan lafal atau pengucapan, intonasi (lagu kalimat), kosa kata, penggunaan tata bahasa dalam pembentukan kata, dan penyusunan kalimat. Ragam bahasa lisan terdiri dari:
1. Ragam bahasa lisan baku yang sejalan dengan ragam bahasa tulis baku
2. Ragam bahasa lisan tidak baku (bahasa pergaulan). Ragam bahasa tulis ditandai dengan kecermatan menggunakan ejaan dan tanda baca (yang secara tepat dapat melambangkan intonasi), kosa kata, penggunaan tata bahasa dalam pembentukan kata, penyusunan kalimat, paragraf, dan wacana. Contoh:
NO RAGAM BAHASA
TULIS LISAN BAKU LISAN TIDAK BAKU
1 Asas Asas Azas
2 Andal Andal Handal
3 Bus Bus Bis
4 Energi Energi Enerji
5 Izin Izin Ijin
6 Imbauan Imbauan Himbauan
7 Karisma Karisma Kharisma
8 Khasanah Khasanah Kasanah
9 Khawatir Khawatir Kawatir
10 Komputer Komputer Kompiyuter
11 Logis Logis Lojik
12 Maksimum Maksimum Maksimal
13 Merger Merger Merjer
14 Minus Minus Mines
15 Nomor Nomor Nomer
16 Plus Plus Ples
17 Seksama Seksama Saksama
18 Target Target Tarjet
19 Tank Tang Teng
20 Teknik Teknik Tehnik / Tekhnik
21 Truk Truk Trek
22 Unit Unit Yunit
23 Zaman Zaman Jaman
24 Zakat Zakat Jakat
Contoh pelafalan singkatan:
NO BAHASA
TULISAN LISAN BAKU LISAN TIDAK BAKU
1 AC Ace Ase
2 BBC Bebece Bibisi
3 B.Sc. Beesce Biessi
4 TBC Tebece Tebese
5 TV Teve Tivi
6 WC Wece Wese
karakteristik Ragam Bahasa Lisan (Tidak Baku):
1. Kosa kata lebih menekankan pilihan kata yang tidak baku.
Contoh:
• Bini Pak Camat bina ibu-ibu bikin kerajinan dari bambu.
• Arjuna sedang bikin skripsi
• Saya sudah kasih tahu mereka tentang hal itu.
• Pekerjaan itu agak macet disebabkan karena keterlambatan dana yang diterima
2. Bentuk kata bahasa lisan cenderung tidak menggunakan imbuhan (awalan, akhiran)
Contoh:
• Arjuna sedang tulis skripsi
• Rina sedang masak nasi
• Kendaraan yang ditumpanginya nabrak pohon mahoni.
• Bila tak sanggup, tak perlu lanjutan pekerjaan itu.
• Fotokopi ijazah harus dilegalisir dulu oleh pimpinan akademi.
3. Kalimat cenderung tanpa unsur yang lengkap (tanpa subjek, predikat, atau objek).
Kejelasan kalimat dipengaruhi oleh unsur-unsur situasi ketika kalimat tersebut diucapkan. Isi kalimat dapat dimengerti tetapi struktur kalimatnya salah. Misalnya, berupa anak kalimat, gabungan anak kalimat, tanpa subjek, dan tanpa predikat atau objek.
Contoh:
• Di sini akan membicarakan pertumbuhan ekonomi 2004
• Untuk TKI yang akan dikirim ke luar negeri harus memiliki paspor.
• Di Jakarta memiliki Pusat Bahasa
• Rencana ini saya sudah sampaikan kepada Direktur.
• Dalam “Asah Terampil” ini dihadiri juga oleh Gubernur Daerah Istimewa Aceh.
• Karena terlalu banyak saran berbeda-beda sehingga ia makin bingung untuk menyelesaikan pekerjaan itu.
Karakteristik Ragam Bahasa Tulis (Baku):
1. Ragam ini menekankan penggunaan ragam bahasa baku.
2. Ejaan (EYD) yang baku.
3. Kosa kata yang baku.
4. Bentuk kata berimbuhan.
5. Kalimat yang lengkap secara gramatikal.
Contoh:
a. Kosakata:
• Istri Pak Camat membina ibu-ibu memproduksi kerajinan tangan dari bambu
• Arjuna sedang membuat skripsi.
• Saya sudah memberi tahu mereka tentang hal itu.
• Pekerjaan itu agak macet disebabkan oleh keterlambatan dana yang diterima.
b. Bentuk kata:
• Arjuna sedang menulis skripsi.
• Rina sedang memasak nasi.
• Kendaraan yang ditumpanginya menabrak pohon mahoni.
• Apabila tidak sanggup, engkau tidak perlu melanjutkan pekerjaan itu.
• Fotokopi ijazah harus dilegalisasi dahulu oleh pimpinan akademi.
c. Struktur Kalimat:
• Dalam seminar ini kita akan mengkaji pertumbuhan ekonomi 2004.
• TKI yang dikirim ke luar negeri harus memiliki paspor.
• Jakarta memiliki Pusat Bahasa.
• Rencana ini sudah saya sampaikan kepada Direktur.
• “Asah Terampil” ini dihadiri juga oleh Gubernur Daerah Istimewa Aceh.
• Karena terlalu banyak saran yang berbeda-beda, ia makin bingung untuk menyelesaikan pekerjaan itu.
Perbedaan Antara Ragam Bahasa Lisan dan Tulis: Kedua ragam bahasa ini berbeda. Perbedaannya adalah sebagai berikut (Arifin dan Tasai 2011: 18-20):
1. Ragam lisan menghendaki adanya orang kedua, teman berbicara yang berada di depan pembicara, sedangkan ragam tulis tidak megharuskan adanya teman bicara berada di depan.
2. Di dalam ragam lisan unsur-unsur fungsi gramatikal, seperti subjek, predikat, dan objek tidak selalu dinyatakan. Unsur-unsur itu kadang-kadang dapat ditinggalkan.
Hal ini disebabkan oleh bahasa yang digunakan itu dapat dibantu oleh gerak, mimik, pandangan, anggukan, atau intonasi. Contoh: Orang yang berbelanja di pasar. “Bu, berapa cabenya?” “Tiga puluh.” “Bisa kurang?” “Dua lima saja, Nak.” Ragam bahasa tulis perlu lebih terang dan lebih lengkap daripada ragam lisan.
Fungsi-fungsi gramatikal harus nyata karena ragam bahasa tulis tidak mengharuskan orang kedua berada di depan pembicara. Kelengkapan ragam tulis menghendaki agar orang yang “diajak bicara” mengerti isi tulisan itu. Contoh ragam tulis ialah tulisan-tulisan dalam buku, majalah, dan surat kabar.
4. Ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang dan waktu. Apa yang dibicarakan secara lisan di dalam sebuah ruang kuliah, hanya akan berarti dan berlaku untuk waktu itu saja. Apa yang diperbincangkan dalam suatu ruang diskusi susastra belum tentu dapat dimengerti oleh orang yang berada di luar ruang itu. Sebaliknya, ragam tulis tidak terikat oleh situasi, kondisi, ruang, dan waktu. Suatu tulisan dalam sebuah buku yang ditulis oleh seorang penulis di Indonesia dapat dipahami oleh orang yang berada di Amerika atau Inggris.
Sebuah buku yang ditulis pada tahun 1985 akan dapat dipahami dan dibaca oleh orang yang hidup tahun 2011 dan seterusnya. Hal itu dimungkinkan oleh kelengkapan unsur-unsur dalam ragam tulis. Contoh ragam bahasa lisan lainnya: Seorang direktur berkata kepada skretarisnya. “Kenapa dia, San.” “Tahu, Tuan, miring kali.” Kalau kita tidak berada dalam suasana itu, jelas kita tidak mengerti apa yang diperbincangkannya itu.
5. Ragam bahasa lisan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan panjang pendeknya suara, sedangkan ragam tulis dilengkapi dengan tanda baca, huruf besar, dan huruf miring.
Pernyataan (Statement) Dan Proposisi Pernalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu simpulan. Data atau fakta yang akan dinalar itu boleh benar dan boleh tidak benar. Di sinilah letaknya kerja pernalaran. Orang akan menerima data dan fakta yang benar dan tentu saja akan menolak fakta yang belum jelas kebenarannya. Data yang dapat dipergunakan dalam pernalaran untuk mencapai satu simpulan ini harus berbentuk kalimat pernyataan. Kalimat pernyataan yang dapat dipergunakan sebagai data itu disebut proposisi (Arifin dan Tasai 2011: 139).
Proposisi sebagai istilah juga memiliki pengertian berbedabeda. Sebagai gejala kejiwaan, proposisi adalah isi konsep yang masih kasar yang akan melahirkan pernyataan. Sedangkan Lyons lebih cenderung mengartikan proposisi sebagai perwujudan ekspresi dalam bentuk kalimat, yang bisa benar atau salah (Lyons, 1979 : 38). Sehubungan dengan kajian ini, berbeda dengan beberapa rumusan diatas, proposisi diartikan sebagai pernyataan dasar yang masih berada dalam abstraksi pikiran penutur. Tatanan “saya lapar” yang masih berada dalam pikiran adalah contoh proposisi, sedangkan perwujudannya dalam kalimat, misalnya, “tadi pagi saya tidak sarapan”, “seharian saya belum makan”, dan sejumlah wujud kalimat lain yang mewakili proposisi “saya lapar” adalah pernyataan atau statemen (http://t4f5.wordpress.com 2011).
Menurut Harimurti Kridalaksana, pernyataan (statement) memiliki pengertian
(1) pertuturan yang menimbulkan keadaan baru dengan mengujarkan kata-kata;
(2) makna ujaran yang mengungkapkan sesuatu atau suatu hipotesis.
Sedangkan proposisi (proposition) memiliki pengertian
(1) konfigurasi makna yang menjelaskan isi komunikasi dari pembicara; terjadi dari predikator yang berkaitan dengan satu argumen atau lebih. Contoh: Adik makan nasi
(2) apa yang dapat dipercaya, disangsikan, disangkal, atau dibuktikan benar atau salah, sebagaimana terkandung dalam klausa; makna klausa (Kridalaksana 2011: 190, 201-202).
Predikator (predicator) adalah bagian dari proposisi yang menunjukkan hubungan perbuatan, sifat, keanggotaan, kejadian, dan sebagainya dari argumen. Dalam struktur lahir predikator terungkap sebagai verba, ajektiva, atau adverbia (Kridalaksana 2011: 199).
Perlu penulis sajikan di sini bahwa proposisi berbeda dengan preposisi, preposisi (preposition) adalah partikel yang dalam bahasa tipe VO biasanya terletak di depan nomina dan menghubungkannya dengan kata lain dalam ikatan eksosentris; contohnya, di, ke dan dari. (Kridalaksana 2011: 199).
Dalam makalah bagian kedua ini penulis akan lebih mendalami kajian proposisi, namun terlebih dahulu harus proposisi predikator argumen 1 argumen2 diketahui apa yang dimaksud term dalam pernalaran. Term adalah kata atau kelompok kata yang dapat dijadikan subjek atau predikat dalam sebuah kalimat proposisi.
Contoh: Semua tebu manis. Semua tebu adalah term Manis adalah term. Dalam kalimat Bumi adalah planet, kata bumi dan planet adalah term. Term dan proposisi mempunyai hubungan yang erat. Proposisi adalah pernyataan tentang hubungan yang terdapat di antara subjek dan predikat. Dengan kata lain, proposisi adalah pernyataan yang lengkap dalam bentuk subjekpredikat atau term-term yang membentuk kalimat.
Suatu proposisi mempunyai subjek dan predikat. Dengan demikian, proposisi pasti berbentuk kalaimat, tetapi tidak setiap kalimat dapat digolongkan ke dalam proposisi. Hanya kalimat berita yang netral yang dapat disebut proposisi. Kalimat tanya, kalimat perintah, kalimat harapan, dan kalimat inversi tidak dapat disebut proposisi. Kalimat-kalimat itu dapat dijadikan proposisi apabila diubah bentuknya menjadi kalimat berita yang netral. Kalimat berikut ini bukan proposisi.
• Bangsa burungkah ayam?
• Mudah-mudahan Indonesia menjadi negara makmur.
• Berdirilah kamu di pinggir pantai Kalimat-kalimat itu dapat diubah menjadi proposisi sebagai berikut:
• Ayam adalah burung.
• Indonesia menjadi negara makmur.
• Kamu berdiri di pinggir pantai.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa proposisi itu harus terdiri atas subjek dan predikat yang masing-masing dapat diwujudkan dalam kelompoknya sehingga dapat dilihat hubungan kelompok subjek dan kelompok predikat.
Dalam hal hubungan kelompok subjek dan kelompok predikat dalam proposisi, seorang ahli logika bangsa Swiss, Euler, yang hidup pada abad XVIII mengemukakan konsepnya dengan empat jenis proposisi dengan lima macam posisi lingkaran. Lingkaran itu disebut Lingkaran Euler. Keempat jenis proposisi itu adalah sebagai berikut:
1. Suatu perangkat yang tercakup dalam subjek sama dengan perangkat yang terdapat dalam predikat. Semua S adalah P Semua sehat adalah semua tidak sakit
2. Suatu perangkat yang tercakup dalam subjek menjadi bagian dari perangkat predikat. Semua S adalah P Semua sepeda beroda Sebaliknya, suatu perangkat predikat merupakan bagian dari perangkat subjek. Sebagian S adalah P Sebagian binatang adalah kucing
3. Suatu perangkat yang tercakup dalam subjek berada di luar perangkat predikat. Dengan kata lain, antara subjek dan predikat tidak terdapat relasi. Tidak satu pun S adalah P. Tidak seorang pun manuasia adalah binatang
4. Sebagian perangkat yang tercakup dalam subjek berada di luar perangkat predikat. Sebagian S tidaklah P Sebagian kaca tidaklah bening. Jenis-Jenis Proposisi Proposisi dapat dipandang dai empat kriteria, yaitu berdasarkan bentuknya, berdasarkan sifatnya, berdasarkan kualitasnya, dan berdasarkan kuantitasanya. Berdasarkan bentuknya, proposisi dapat dibagi atasa proposisi tunggal dan S = P S P S P S P S P
proposisi majemuk. Proposisi tunggal hanya mengandung satu pernyataan. Contoh: Semua Petani harus bekerja keras. Setiap pemuda adalah calon pemimpin. Proposisi majemuk mengandung lebih dari satu pernyataan.
Contoh: Semua petani harus bekerja keras. Dan Semua petani harus hemat. Berdasarkan sifatnya, proposisi dapat dibagi atas proposisi kategorial dan proposisi kondisioal. Dalam proposisi kategorial, hubungan antara subjek dan predikat terjadi dengan tanpa syarat. Contoh: Semua bemo beroda tiga. Sebagian binatang tidak berekor.
Dalam proposisi kondisional, hubungan antara subjek dan predikat terjadi dengan suatu syarat tertentu. Syarat itu harus dipenuhi atau diingat sebelum peristiwa dapat berlangsung. Contoh: Jika air tidak ada, manusia akan kehausan. Proposisi ini terdiri atas dua bagian, yaitu bagian sebab dan bagian akibat. Dalam proposisi jika tidak ada air, manusia akan kehausan. Unsur sebab disebut anteseden dan unsur akibat disebut konsekuen. Anteseden sebuah proposisi harus selalu mendahului konsekuen. Kalau urutannya dibalik, kalimat itu bukanlah proposisi.
Proposisi kondisional seperti di atas disebut proposisi kondisional hipotesis. Di samping itu, ada pula proposisi kondisional disjungtif. Proposisi kondisional disjungtif ini mengemukakan suatu alternatif atau pilihan. Contoh: Amir Hamzah adalah seorang sastrawan atau pahlawan. Berdasarkan kualitasnya, proposisi dapat dibagi atas proposisi positif (afirmatif) dan proposisi negatif. positif (afirmatif) adalah proposisi yang membenarkan adanya persesuaian hubungan antara subjek dan predikat. Contoh: Semua dokter adalah orang pintar Sebagian manusia adalah bersifat sosial.
Proposisi negatif adalah proposisi yang menyatakan bahwa antara subjek dan predikat tidak mempunyai hubungan. Dengan kata lain, proposisi negatif meniadakan hubungan antara subjek dan predikat. Contoh: Semua harimau bukanlah singa. Sebagian orang jompo tidaklah pelupa. Dalam proposisi kondisional hipotesis, pokok persoalan terletak pada unsur konsekuennya. Kalau konsekuennya positif, proposisi itu juga positif (afirmatif). Kalau konsekuennya negatif, proposisi itu juga negatif. Unsur anteseden tidak memberi pengaruh pada kualitas proposisi. Contoh: Jika hari panas, petani tidaklah bekerja. (negatif) Jika hari tidak panas, petani menjadi senang. (positif, afirmatif) Berdasarkan kuantitasnya, proposisi dapat dibagi atas proposisi universal (umum) dan proposisi khusus. Pada proposisi universal (umum), predikat proposisi membenarkan atau mengingkari seluruh subjeknya. Contoh: Semua dokter adalah orang pintar. Tidak seorang dokter pun adalah orang yang takpintar Semua gajah bukanlah kera. Tidak seekor gajah pun adalah kera. Kata-kata yang dapat membantu menciptakan proposisi universal ini ialah:
1. Universal afirmatif : semua, setiap, tiap, masing-masing, apapun. 14 Isu-Isu Kontemporer Kebahasa-Araban
2. Universal negatif : tidak satu pun, takseorang pun. Pada proposisi khusus, predikat proposisi hanya membenarkan atau mengingkari sebagian subjeknya. Contoh: Sebagian mahasiswa gemar olahraga. Tidak semua mahasiswa pandai bernyanyi. Sebagian Pulau Jawa adalah Jawa Barat. Tidak semua Pulau Jawa adalah Jawa Barat. Kata-kata yang dapat membantu menciptakan proposisi khusus ialah kata sebagian, sebahagian, banyak, beberapa, sering, kadang-kadang, dalam keadaan tertentu (Arifin dan Tasai 2011: 139- 145).
Diagram jenis-jenis proposisi (Nurinsani) Bentuk-Bentuk Proposisi Berdasarkan dua jenis proposisi, yaitu berdasarkan kualitas (positif dan negatif) dan berdasarkan kuantitas (umum dan khusus) ditemukan empat macam proposisi, yaitu:
1. Proposisi umum-positif; -- disebut proposisi A
2. Proposisi umum-negatif; -- disebut proposisi E
3. Proposisi khusus-positif; -- disebut proposisi I
4. Proposisi khusus-negatif; -- disebut proposisi O Proposisi umum-positif adalah proposisi yang predikatnya membenarkan keseluruhan subjek. (A)
Contoh:
a. Semua mahasiswa adalah lulusan SMA
b. Semua karya ilmiah mempunyai daftar pustaka.
Proposisi umum-negatif adalah proposisi yang predikatnya mengingkari keseluruhan subjek. (E)
Contoh:
a. Tidak seorang mahasiswa pun lulusan SMP.
b. Tidak seekor gajah pun berekor enam. Proposisi khusus-positif adalah proposisi yang predikatnya membenarkan sebagian subjek. (I)
Contoh:
a. Sebagian mahasiswa adalah anak pejabat.
b. Sebagian perguruan tinggi dikelola oleh yayasan.
Proposisi khusus-negatif adalah proposisi yang predikatnya mengingkari sebagian subjek. (O).
Contoh:
a. Sebagian mahasiswa tidak mempunyai mobil.
b. Sebagian perguruan tinggi tidak dikelola oleh yayasan (Arifin dan Tasai 2011: 145-146).
Kesimpulan Meskipun bahasa lisan adalah primer dan bahasa tulis sekunder, tetapi peranan atau fungsi bahasa tulis di dalam kehidupan modern sangat besar sekali. Bahasa tulis dapat menembus waktu dan ruang, padahal bahasa lisan begitu diucapkan segera menghilang. Bahasa tulis dapat disimpan lama sampai waktu yang tak terbatas. Karena itulah, kita dapat memperoleh informasi dari masa lalu atau dari tempat yang jauh melalui bahasa tulis ini; tetapi tidak melalui bahasa lisan. Hanya kemajuan teknologilah kini yang tampaknya dapat menggeser kedudukan bahasa tulis.
Dengan peralatan radio dan telepon yang canggih dewasa ini kita dapat berkomunasi menembus ruang; kita dapat berkomunikasi dengan siapa saja di belahan bumi mana saja. Bahkan juga di luar angkasa. Selain itu, teknologi juga kini dapat merekam bahasa lisan persis sama dengan yang diucapkan dalam pita rekaman dan sebagainya. Jadi, kini bahasa lisan (dalam bentuk rekaman) juga dapat menembus waktu dan ruang. Bahasa tulis sebenarnya merupakan “rekaman” bahasa lisan, sebagai usaha manusia untuk “menyimpan” bahasanya atau untuk dapat disampaikan kepada orang lain yang berada dalam ruang dan waktu yang berbeda. Namun, ternyata rekaman bahasa tulis sangat tidak sempurna.
Banyak unsur bahasa lisan, seperti tekanan, intonasi, dan nada yang tidak dapat direkam secara sempurna dalam bahasa tulis; padahal dalam berbagai bahasa tertentu tiga unsur itu sangat penting. Jika dibandingkan dengan rekaman dalam bentuk audio visual (kaset dan cd atau dvd), rekaman bahasa tulis itu memang jauh daripada sempurna (Chaer 2007: 82-83).
Ada beberapa hal yang menjadi pembeda antara ragam bahasa tulis dan lisan misalnya: (1) ragam lisan memerlukan orang kedua sebagai lawan berbicara sedangkan tulis tidak harus,
(2) fungsi gramatikal (subjek, predikat, objek) tidak selalu dinyatakan dalam ragam lisan karena memang dalam ragam ini penggunaan bahasa sudah dibantu dengan situasi/ konteks, mimik pembicara, gerakan, pandangan, dan lain sebagainya, sedangkan dalam ragam tulis hal tersebut tidak ada atau diperlukan fungsi gramatikal yang lebih lengkap agar lawan bicara (pembaca tulisan) dapat memahami informasi yang disampaikan dengan jelas dan benar,
(3) ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang dan waktu, sedangkan ragam tulis tidak terikat, dan
(4) ragam lisan dipengaruhi oleh panjang pendek dan tinggi rendah suara sedangkan ragam tulis dilengkapi dengan tanda baca, huruf kapital, huruf miring dan lain-lain (Zaman 2011).
Kalimat menurut Logika Matematika dibedakan menjadi 2 macam, yaitu pernyataan dan bukan pernyataan. Terdapat beberapa sumber yang menyebutkan bahwa pernyataan berbeda dengan proposisi. Kalimat yang mempunyai nilai kebenaran, yaitu nilai benar atau nilai salah tetapi tidak kedua-duanya disebut pernyataan. Sedangkan pernyataan yang diungkap oleh suatu kalimat bermakna disebut proposisi. Sehingga proposisi adalah suatu pernyataan, tetapi sebaliknya suatu pernyataan belum tentu merupakan suatu proposisi (Putra 2011).
Daftar Pustaka
Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi Sebagai Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK), Jakarta: Akademika Pressindo, 2010.
Chaer, Abdul, Linguistik Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 2007.
Hs, Widjono, Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi, Jakarta: Grasindo, 2011.
Kridalaksana, Harimurti, Kamus Linguistik Edisi Keempat, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011.
Irham Shidiq, Semantik, http://t4f5.wordpress.com/2011/09/08/semantiq/, diakses 8 Desember 2011 Devita Nurinsani, Jenis-Jenis Proposisi,
http://3.bp.blogspot.com/_aq7CIxagX9w/S- _mfLFtmXI/AAAAAAAAACQ/Ii2aA2bnN0c/s1600/Diagra m2.jpeg, , diakses 8
Desember 2011
Saeful Zaman, Ragam Bahasa Indonesia, http://www.situsbahasa.info/2011/10/ragam-bahasaindonesia.html , diakses 8 Desember 2011
Arief Karunia Putra, Pernyataan atau Proposisi,
http://ariefkp.blogspot.com/2011/08/pernyataan-atauproposisi.html, , diakses 8 Desember 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Pragmatisme Manusia Moderen
Pragmatisme Manusia Moderen Sejak bergulirnya Era reformasi Indonesia sudah Berganti 5 kali kepemimpinan Presiden Namun ekonomi bukan semak...
-
المهارات اللغوية ودورها في التواصل اللغوي مستخلص البحث : يرمي هذا البحث معرفة أهمية المهارات اللغوية في التواصل اللغوي . وتضمن البحث مشكلة ...
-
بيئة تعليم اللغة العربية في مهارات الكلام أ. بيئة اللغة العربية 1. تعريف عن بيئة اللغة العربية قد تعلم اللغة العربية ف...
No comments:
Post a Comment