Tuesday 14 February 2017

Organisasi Kurikulum

Organisasi Kurikulum Organisasi Kurikulum A. Pendahuluan Kurikulum sebagaimana didefenisikan oleh para ahli adalah sebuah rencana yang mencakup keseluruhan pengalaman dan proses pendidikan siswa di bawah bimbingan sekolah. Kurikulum tidak sekadar dokumen yang dicetak atau distensile. Pengembang kurikulum harus tahu tujuan apa yang dapat tercapai, dalam kondisi yang bagaimana, sehingga tercapai proses belajar yang efektif. Oleh karena itu suatu kurikulum harus memuat pernyataan tujuan, menunjukan pemilihan dan pereorganisasian bahan pelajaran serta rancangan evaluasi hasil belajar. Memang menjadi sebuah keniscayaan ketika membahas persoalan kurikulum untuk membahas pula persoalan organisasi kurikulum. Organisasi kurikulum menurut Nasution, adalah pola atau bentuk bahan pelajaran yang disusun dan disampaikan kepada murid-murid. Hal ini terkait dengan tujuan program pendidikan yang hendak dicapai. Sebuah organisasi kurikulum akan menentukan bahan pelajaran, urutan, dan cara menyampaikannya kepada murid-murid. Makalah ini akan mengkaji tema pokok organisasi kurikulum, yang mencakup kajian tujuan organisasi kurikulum, macam-macam organisasi kurikulum, Faktor-faktor dalam organisasi kurikulum, Prosedur Pengorganisasian Kurikulum dan Implikasi Penyusunan dan Perbaikan Kurikulum B.Tujuan organisasi kurikulum Tujuan pendidikan yang tertuang di dalam sebuah kurikulum disusun agar peserta didik dapat mencapainya. Oleh karena itu bahan pelajaran harus disusun dalam sebuah organisasi tertentu dengan tujuan untuk memudahkan peserta didik dalam mempelajarinya. Dengan demikian organisasi atau desain kurikulum bertalian erat dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Hal ini dianalogikan oleh Nasution seperti halnya disain suatu gedung. Perbedaan desain gedung akan disesuaikan dengan tujuan pembangunan gedung tersebut apakah untuk sekolah, gudang, GOR, toko, atau rumah dan sebagainya. Demikian pula organisasi dan disain kurikulum yang bertalian erat dengan tujuan yang menjadi fokusnya, apakah penguasaan kebudayaan dan pengetahuan umat manusia, ataukah kebutuhan masyarakat atau anak. Untuk mengakomodir dua focus tujuan yang berbeda tersebut dapat dipilih organisasi kurikulum yang sesuai yaitu organisasi kurikulum berupa mata pelajaran yang lazim disebut subject curriculum jika focus tujuannya untuk transmisi atau penyampaian kebudayaan dan pengetahuan. Adapaun jika focus tujuan pendidikan untuk kepentingan masyarakat dan peserta didik, maka organisai kurikulum yang paling serasi adalah kurikulum yang berdasarkan masalah-masalah masyarakat atau peserta didik yang biasanya bersifat integrated atau terpadu. C.Jenis-jenis organisasi kurikulum 1.Kurikulum berbasis mata pelajaran .a.model terpisah Bentuk kurikulum ini sudah lama digunakan dalam dunia pendidikan kita karena memiliki karakteristik sederhana dan mudah dilaksanakan. Namun tidak selamanya yang dianggap mudah dan sederhana tersebut akan mendukung evektifitas dan efesiensi pendidikan yang sesuai dengan perkembangan sosial. Subject Separated curriculum bertujuan agar generasi muda mengenal hasil-hasil kebudayaan dan pengetahuan umat manusia yang telah dikumpulkan selama berabad-abad, agar mereka tak usah mencari dan menemukan kembali apa yang telah diperoleh generasi terdahulu. Dalam proses pembelajarannya bentuk kurikulum ini, aktifitas siswa cenderung tidak diperhatikan bahkan diabaikan, karena yang dianggap penting adalah supaya sejumlah informasi sebagai bahan pelajaran dapat diterima dan dihafal oleh siswa. Demikian pula bahan pelajaran yang dipelajari oleh siswa umumnya tidak actual karena tidak sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat. Secara fungsional bentuk kurikulum ini mempunyai kekurangan maupun kelebihan. Kekurangan pola mata pelajaran yang terpisah-pisah (separated subject curriculum) adalah sebagai berikut: a) bahan pelajaran yang diberikan atau dipelajari siswa tidak bersifat actual. b) bahan pelajaran diberikan atau dipelajari secara terpisah-pisah, yang menggambarkan tidak ada hubungannya antara materi satu dengan yang lainnya. c) proses belajar lebih mengutamakan aktifitas guru, sedangkan siswa cenderung pasif. d) bahan pelajaran tidak berdasarkan pada aspek permasalahan sosial yang dihadapi siswa maupun kebutuhan masyarakat. e) bahan pelajaran merupakan informasi maupun pengetahuan dari masa lalu yang terlepas dengan kejadian masa sekarang dan yang akan datang. f) proses dan bahan pelajaran sangat kurang memerhatikan bakat, minat, dan kebutuhan siswa. Sementara itu, kelebihan pola mata pelajaran yang terpisah-pisah (separated subject curriculum) adalah sebagai berikut: a) bahan pelajaran disusun secara sistematis, logis, sederhana dan mudah dipelajari. b) kurikulum dapat dilaksanakan untuk mewariskan nilai-nilai dan budaya terdahulu. c) kurikulum ini mudah dirubah dan dikembangkan. d) bentuk kurikulum ini mudah dipola, dibentuk, didesain, bahkan mudah untuk diperluas dan dipersempit sehingga mudah disesuaikan dengan waktu yang ada. Bahan pelajaran yang sifatnya informasi sebagian besar akan diperoleh siswa dari buku pelajaran.siswa akan lebih banyak menghafal dalam mempelajari pengetahuan yang sifatnya terlepas-lepas sehingga kemampuan siswa kurang berkembang dan cenderung kurang mengoptimalkan potensi siswa sebagai individu. 1.b. Model Gabungan (correlated curiculum) Kurikulum bentuk inipun sudah lama digunakan dalam pendidikan kita. Korelasi kurikulum atau sering disebut broad field pada hakekatnya adalah penyatuan beberapa mata pelajaran yang sejenis. Yaitu kurikulum yang menekankan perlunya hubungan di antara dua atau lebih mata pelajaran tanpa menghilangkan batas-batas setiap mata pelajaran. Misalnya Sejarah dan Ilmu Bumi dapat diajarkan untuk saling memperkuat. Ada tiga jenis korelasi yang sifatnya bergantung dari jenis mata pelajaran. Pertama, korelasi faktual, misalnya sejarah dan kesusastraan. Fakta-fakta sejarah disajikan melalui penulisan karangan sehingga menambah kemungkinan menikmati bacaannya oleh siswa. Kedua, korelasi deskriptif, korelasi ini dapat dilihat pada penggunaan generalisasi yang berlaku untuk dua atau lebih mata pelajaran. Misal Psikologi dapat berkorelasi dengan Sejarah atau Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menggunakan prinsip-prinsip yang ada dalam Psikologi untuk menerangkan kejadian-kejadian sosial. Ketiga, korelasi normatif, hampir sama denagan korelasi deskriptif, perbedaannya terletak pada prinsipnya yang bersifat moral sosial. Sejarah dan kesusastraan dapat dikorelasikan berdasarkan prinsip-prinsip moral sosial dan etika. Berikut ini berapa kelebihan kurikulum ini : (1) Dengan korelasi, pengetahuan murid lebih integral, tidak terlepas-lepas (berpadu). (2) Dengan melihat hubungan erat antara mata pelajaran satu dengan yang lain, minat murid bertambah. (3) Korelasi memberikan pengertian yang lebih luas dan mendalam karena memandang dari berbagai sudut. (4) Dengan korelasi maka yang diutamakan adalah pengertian dan prinsip-prinsip bukan pengetahuan akan fakta, dengan begitu lebih memungkinkan penggunaan pengetahuan secara fungsional bagi murid-murid. Adapun kekurangannya antara lain: (1) bahan pelajaran yang diberikan kurang sistematis serta kurang begitu mendalam, (2) kurikulum ini kurang menggunakan bahan actual yang langsung berhubungan dengan kehidupan nyata siswa (kurang fungsional), (3) kurikulum ini kurang memerhatikan bakat, minat, dan kebutuhan siswa, dan (4) jika prinsip penggabungan belum dipahami, kemungkinan bahan pelajaran yang disampaikan masih terlampau abstrak. Sulit untuk menghubungkan dengan masalah-masalah yang hangat dalam kehidupan sehari-hari, sebab dasarnya subject centered. Brood fields tidak memberikan pengetahuan yang sistematis dan mendalam untuk sesuatu mata pelajaran sehingga hal ini dipandang kurang cukup untuk bekal mengikuti pelajaran di perguruan tinggi. 2. Kurikulum terpadu Dalam kurikulum terpadu atau terintegrasi, batas-batas di antara mata pelajaran sudah tidak terlihat sama sekali, karena semua mata pelajaran sudah dirumuskan dalam bentuk masalah atau unit. Ciri-ciri kurikulum terintegrasi ini antara lain : Berdasarkan filsafat pendidikan demokrasi, berdasarkan psikologi belajar gestalt dan organismik, berdasarkan landasan sosiologis dan sosiokultural, berdasarkan kebutuhan, minat dan tingkat perkembangan atau pertumbuhan siswa. Bentuk kurikulum ini tidak hanya ditunjang oleh semua mata pelajaran atau bidang studi yang ada, tetapi lebih luas. Bahkan mata pelajaran dapat saja baru muncul dan dimanfaatkan guna pemecahan masalah. Sistem penyampaian menggunakan sistem pengajaran unit, baik pengalaman (experience) atau pelajaran (subject matter unit). Peran guru sama aktifnya dengan peran siswa. Fungsi guru sebagai pembimbing. Beberapa manfaat kurikulum terpadu ini antara lain: a) Segala sesuatu yang dipelajari anak merupakan unit yang bertalian erat, bukan fakta yang terlepas satu sama lain. b) Kurikulum ini sesuai dengan pendapat-pendapat modern tentang belajar, murid dihadapkan kepada masalah yang berarti dalam kehidupan mereka. c) Kurikulum ini memungkinkan hubungan yang erat antara sekolah dengan masyarakat. d) Aktifitas anak-anak meningkat karena dirangsang untuk berpikir sendiri dan berkerja sendiri, atau kerjasama dengan kelompok. e) Kurikulum ini mudah disesuaikan dengan minat, kesanggupan dan kematangan murid. Keberatan-keberatan yang dilontarkan pada pelaksanaan kurikulum terpadu ini adalah: a) Guru belum siap untuk melaksanakan kurikulum ini b) Kurikulum ini tidak mempunyai organisasi yang sitematis c) Kurikulum ini memberatkan guru d) Kurikulum ini tidak memungkinkan ujian umum, sebab tidak ada unformitas di sekolah-sekolah satu sama lain e) Anak-anak diragukan untuk bisa diajak menentukan kurikulum f) Pada umumnya kondisi sekolah masih kekurangan alat-alat untuk melaksanakan kurikulum ini. Adapun bentuk kurikulum terpadu ini terbagi menjadi tiga macam kurikulum : 2.1. Kurikulum inti (core curriculum) Kurikulum ini bertujuan untuk mengembangkan integrasi, melayani kebutuhan siswa dan meningkatkan keaktifan belajar dan hubungan antara kehidupan dan belajar. Kurikulum Inti merupakan bagian dari kurikulum terpadu (integrated curiculum). Beberapa karakteristik yang dapat dikaji dalam kurikulum ini adalah (1) Kurikulum ini direncanakan secara berkelanjutan (continue) selalu berkaitan dan direncanakan secara terus-menerus; (2) isi kurikulum yang dikembangkan merupakan rangkaian dari pengalaman yang saling berkaitan; (3) isi kurikulum selalu mengambil atas dasar masalah atau problema yang dihadapi secara actual;(4) isi kurikulum cenderung mengambil atau mengangkat substansi yang bersifat pribadi maupun sosial; (5) isi kurikulum ini difokuskan berlaku untuk semua siswa, sehingga kurikulum ini sebagai kurikulum umum, tetapi substansinya bersifat problema, pribadi, sosial dan pengalam pribadi. Manfaat kurikulum inti adalah: Segala sesuatu yang dipelajari dalam unit bertalian erat. Kurikulum ini sesuai dengan pendapat-pendapat modern tentang belajar. Kurikulum ini memungkinkan hubungan yang erat antara sekolah dengan masyarakat. Kurikulum ini sesuai dengan paham demokrasi. Kurikulum ini mudah disesuaikan dengan minat siswa. Topic-topik yang dapat diangkat dalam kurikulum ini selalu berkaitan dengan beberapa disiplin ilmu dan lingkungan, misalnya topic: - Penanggulangan bahaya banjir bagi kehidupan manusia - Memahami fungsi otak pada manusia - Membiasakan penggunaan media pembelejaran, dll. 2.2. Kurikulum yang berlandaskan pada proses sosial dan fungsi kehidupan (Social Functions And Persistens Situations) Kurikulum social functions didasarkan atas kegiatan-kegiatan manusia dalam masyarakat, dalam social functions dapat diangkat berbagai atau bahkan segala macam kegiatan-kegiatan manusia yang dapat dijadikan sebagai topik pembelajaran. Apa yang disebut sosial function itu termasuk scope atau ruang lingkup kurikulum. Sequence atau urutannya biasanya ditentukan menurut pusat-pusat minat siswa, antara lain menurut lingkungan minat yang meluas yakni berkenaan dengan kehidupan di rumah, sekolah, lingkungan dekat, kemudian lingkungan local, kabupaten, propinsi, pulau, Negara, Negara tetangga, dan Negara-negara lain di dunia. Sebagai modifikasi dari social functions adalah persistent life situations yaitu situasi yang senantiasa dihadapi manusia dalam hidupnya, masa lalu, saat ini dan masa yang akan datang. 2.3. Experience atau activity curriculum Experience atau activity curriculum menitikberatkan kepada kegiatan-kegiatan atau pengalaman siswa dalam rangka membentuk kemampuan yang terintegrasi dengan lingkungan maupun dengan potensi siswa. Kurikulum ini pada hakikatnya mendorong siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya vokasional, tetapi tidak meniadakan aspek intelektual dan akademik siswa. Salah satu karakteristik dari kurikulum ini adalah untuk memberikan pendidikan keterampilan dan kejujuran, tetapi di dalamnya tercakup pengembangan kemampuan intelektual dan akademik yang berkaitan dengan aspek keterampilan dan kejujuran tersebut. Kurikulum ini dikenal juga dengan sebutan activity curriculum. Mengutamakan kegiatan-kegiatan atau pengalaman-pengalaman siswa dalam rangka membentuk kemampuan yang terintegritas dengan lingkungan maupun potensi siswa. Kurikulum ini berupaya mengatasi kelemahan pada subject curriculum, yakni anak lebih banyak menerima (passive), juga bahan pelajaran merupakan hasil pengalaman masa lampau. Rasional penggunaan bentuk kurikulum ini adalah: Belajar dapat terjadi dengan proses mengalami. Anak dapat belajar dengan baik bila ia dihadapkan dengan masalah aktual, sehingga dapat menemukan kebutuhan atau minatnya. Belajar merupakan transaksi aktif. Belajar secara aktif memerlukan kegiatan yang bersifat vital, sehingga dapat berupaya mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan pribadinya. Activity curriculum dengan demikian mengandung konsep John Dewey yaitu learning by doing dan problem based learning. Konsep-konsep tersebut dalam implementasinya sering disebut dengan pembelajaran proyek. Ada empat tipe pembelajaran proyek yang dapat dikembangkan dalam activity curriculum, di antaranya sebagai berikut: 1) Construction on creative project: pembelajaran ini bertujuan untuk mengembangkan ide-ide atau merealisasikan suatu ide dalam suatu bentuk tertentu, misalnya membuat paying, membuat tas, menulis gagasan atau surat, atau menciptakan permainan. 2) Appreciation on enjoyment project: pembelajaran ini bertujuan menikmati pengalaman-pengalaman dalam bentuk apresiasi seni atau estetika, misalnya menyaksikan drama, mendengar music, menghayati gambar karya seniman, mendengarkan cerita, atau membaca karanga. 3) The problem project: pembelajaran ini bertujuan untuk memecahkan masalah yang bersifat intelektual, tetapi ada substansi keterampilannya (vokasional), misalnya bagaimana penanggulangan penyebaran wabah flu burung? Selain memerlukan jawaban intelektual, persoalan di atas dapat pula meberikan jawaban dengan melakukan simulasi bagaimana cara membersihkan kandang unggas. 4) The drill of specific project: pembelajaran ini bertujuan untuk memperoleh beberapa item atau tingkat keterampilan, misalnya bagaimana engoperasikan kamera digital, bagaimana menulis makalah yang benar, dll. D. Faktor-faktor dalam organisasi kurikulum Menurut Nasution, Organisasi kurikulum adalah salah satu faktor yang paling penting yang menentukan bagaimana belajar akan berlangsung. Dalam organisasi kurikulum ini terdapat beberapa faktor yang perlu mendapat pertimbangan yaitu masalah scope, sequence, kontinuitas, keseimbangan dan integrasi serta distribusi waktu. 1. Scope Ruang lingkup (Scope), merupakan keseluruhan materi pelajaran dan pengalaman yang harus dipelajari siswa. Ruang lingkup bahan pelajaran sangat tergantung pada tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Tiap organisasi kurikulum mempunyai scope tertentu yang saling berbeda yang pada gilirannya tiap kurikulum menyajikan bahan dan kegiatan serta pengalaman belajar yang berbeda. Biasanya yang menentukan scope termasuk sequence (urutan) adalah para ahli pengembang kurikulum dibantu oleh ahli disiplin ilmu yang bekerja sebagai panitia yang diangkat oleh pemerintah, juga pengarang buku, penyusun program latihan atau kursus. Ada kalanya hingga batas tertentu diberikan kebebasan kepada guru dan siswa untuk menentukannya. 2. Sequence Urutan bahan (Sequence), berhubungan dengan urutan penyusunan bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa agar proses belajar dapat berjalan dengan lancar. Urutan bahan meliputi dua hal: pertama, urutan isi bahan pelajaran dan kedua, urutan pengalaman belajar yang memerlukan pengetahuan tentang perkembangan anak dalam menghadapi pelajaran tertentu. Faktor-faktor yang turut menentukan urutan bahan pelajaran antara lain (1) kematangan anak, (2) latar belakang pengalaman atau pengetahuan, (3) tingkat intelegensi, (4) minat, (5) kegunaan bahan, dan (6) kesulitan bahan pelajaran. 3. Kontinuitas Kontinuitas, berhubungan dengan kesinambungan bahan pelajaran tiap mata pelajaran, pada tiap jenjang sekolah dan materi pelajaran yang terdapat dalam mata pelajaran yang bersangkutan. Kontinuitas ini dapat bersifat kuantitatif dan kualitatif. 4. Integrasi Integrasi atau keterpaduan, yang berhubungan dengan bagaimana pengetahuan dan pengalaman yang diterima siswa mampu memberi bekal dalam menjawab tantangan hidupnya, setelah siswa menyelesaikan program pendidikan disekolah. 5. Balance Keseimbangan, adalah faktor yang berhubungan dengan bagaimana semua mata pelajaran itu mendapat perhatian yang layak dalam komposisi kurikulum yang akan diprogramkan pada siswa. Keseimbangan dalam kurikulum dapat ditinjau dari dua segi yakni keseimbangan isi atau apa yang dipelajari, dan keseimbangan cara atau proses belajar. 6. Distribusi waktu Kurikulum pada akhirnya harus dituangkan dalam bentuk mata pelajaran atau kegiatan belajar beserta waktu yang disediakan untuk masing-masing pelajaran. Hal yang harus diperhatikan dalam hal ini adalah masalah distribusi atau pembagian waktu yang dapat menjawab pertanyaan seperti berikut: berapa tahun suatu mata pelajaran harus diberikan, berapa kali seminggu dan berapa lama tiap pertemuan. Apakah satu matapelajaran itu dipadatkan pada satu semester ataukah disebarkan selama beberapa tahun. E. Prosedur Pengorganisasian Kurikulum Dalam pemilihan dan reorganisasi isi kurikulum diperlukan suatu prosedur atau tata kerja tertentu, yang meliputi, prosedur employee, prosedur buku pelajaran, prosedur survey pendapat, prosedur studi-studi kesalahan, prosedur mempelajarai kurikulum lainnya, prosedur analisis kegiatan orang dewasa, prosedur fungsi-fungsi social, serta prosedur minat dan kebutuhan para remaja . a. Prosedur employee. Guru memilih dan mengorganisasi isi kurikulum tersebut. Guru sangat berperan penting b. Prosedur Buku Pelajaran (the textbook procedure). Pemilihan isi kurikulum didasarkan pada materi yang terkandung dalam sejumlah buku pelajaran yang telah dipilih oleh panitia khusus. c. Prosedur survei pendapat (the survey of oppinions procedure). Pemilihan pengorganisasian atau reorganisasiisi kurikulum dengan mengadakan survei atau penelitian terhadap pendapat berbagai pihak. d. Prosedur studi kesalahan (the study of errors procedure). Mengadakan analisis terhadap kesalahan, kekeliruan dan kelemahan dari pengalaman yang baru. e. Prosedur mempelajari kurikulum lainnya (the study of other curriculum procedure). Mempelajari kurikulum sekolah lain untuk diterapkan dan menentukan isi kurikulum yang sesuai dengan tujuan sekolah sendiri yang ingin dicapai. Tidak harus sama, melainkan perlu adanya evaluasi dan modifikasi. f. Prosedur analisis kegiatan orang dewasa (the analysis of adult activities procedure). Mengadakan studi kegiatan yang dilakukan yang berguna untuk dipelajari oleh siswa, kemudian diidentifikasi kegiatan tersebut sehingga dapat disusun suatu program pengalaman kurikuler untuk diajarkan di sekolah. Beberapa contoh analisis tersebut yaitu : 1) Kegiatan bahasa dan interkominikasi sosial 2) Kegiatan kesehatan 3) Kegiatan sebagai warga negara 4) Kegiatan sosial umum 5) Kegiatan pemanfaatan waktu dan rekreasi 6) Kegiatan dalam rangka kesehatan mental 7) Kegiatan keagamaan 8) Kegiatan sebagai orang tua 9) Kegiatan nonvocational g. Prosedur fungsi-fungsi sosial (the social functions procedure). Berbagai macam fungsi sosial yang ditemukan melalui survei, studi literatur atau riset, kemudian diklasifikasikan menjadi ”area of living”. Area of living menurut Douglass meliputi citizenship, home living, leisure life, vocational efficiency, physical and mental health dan continued learning. Sedangkan menurut Stratemenyer yaitu, home, comunity, leisure time, work dan spiritual activities. h. Prosedur minat dan kebutuhan remaja (the youth interest and needs procedure). Ruang lingkup prosedur minat dan kebutuhan remaja dengan prosedur fungsi-fungsi sosial ditentutkan berdasarkan berbagai fungsi kehidupan orang dewasa, yang kemudian diklasifikaskan menjadi problem-problem abadi yang selalu dihadapi manusia dalam kehidupannya , dahulu, sekarang dan masa datang atau dikenal ”persistent life problems”. Prosedur minat dan kebutuhan remaja ini juga melibatkan persistent life problems, adapun urutannya didasarkan pada latar belakang, kematangan, minat dan kebutuhan para siswa secara kronologis dan logis dan juga sebagai persiapan menempuh kehidupan dewasa. Jadi prosedur ini tidak bersifat individualistik, melainkan interaksi antara individu anak (remaja) dengan lingkungannya. Menurut Doane sebagaimana dikutip Hamalik, setidaknya ada lima belas jenis kebutuhan remaja sebagai berikut: (1) vocational choice and placement; (2) Philosophy of life and mental hygiene; (3) Getting along with people (4) Morals; (5) Plan for marriage and family (6) Leisure time and recreation; (7) Finance; (8) Relationship with the opposite sex; (9) Health; (10) Sex and reproduction; (11) Religion; (12) Relationship with family; (13) Social competence; (14) Conceptional subject matter areas; dan (15) Other areas of interest. F. Implikasi Penyusunan Dan Perbaikan Kurikulum Apa yang telah dikaji di atas adalah mempelajari dasar organisatoris yang diharapkan dapat memberi petunjuk atau guiding principles yang besar manfaatnya dalam penyusunan dan perbaikan kurikulum. Implikasinya adalah sebagai berikut: 1. Para penyusun kurikulum perlu mempelajari secara seksama dan mendalam tentang dasar-dasar , pembinaan dan pengembangan kurikulum. Kemudian, menarik sejumlah ukuran yang dapat diterapkan dalam pemilihan, penyusunan, atau penilaian isi dan organisasi kurikulum. 2. Semua prosedur yang telah dikemukakan di atas, masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan, namun sebaiknya para perencana kurikulum sebaiknya bertitik tolak pada prosedur fungsi-fungsi sosial dan prosedur minat dan kebutuhan. Jika dirasa perlu maka dapat dilengkapi dengan prosedur-prosedur lainnya. 3. Apabila struktur kurikulum berdasarkan pada kebutuhan dan masalah seperti yang telah diuraikan dalam areas of living, lebih banyak pelajaran dan kegiatan yang dapat disusun dalam kurikulum, dibandingkan jika kurikulum tersebut diorganisasi atas berbagai mata pelajaran. Konsekwensinya pendekatan metode penyampain yang digunakan sudah tentu harus mengalamai modernisasi. 4. Agar kurikulum dapat secara efektif memberi manfaat kepada siswa dalam rangka mempersiapkan dirinya terjun ke masyarakat, maka prinsip fkesibiltas, relevansi, adaptasi, dam efektifitas program perlu dikembangkan 5. Aspek-aspek kurikulum perlu ditelaah dan direncanakan kembali, selain dengan berusaha memperbanyak penggunaan sumber materi yang lebih memadai. 6. Dalam pemilihan dan penyusunan kurikulum, hendaknya diikutsertakan berbagai pihak yang berwenang dan berkepentingan melalui prosedur yang demokratis dan kooperatif, di antaranya para guru, supervisor, administrator, dan jika perlu para pimpinan organisasi siswa, di samping tokoh masyarakat luar dan para konsultan. G. Kesimpulan Sebagai kesimpulan dari makalah ini, penulis meminjam ungkapan Bahruddin, pengelola SLTP alternative Qaryah Thayyibah bahwa tidak perlu risau ketika kita putus sekolah. Yang patut dirisaukan dan pantas disebut bencana kemanusiaan adalah ketika terjadi putus belajar termasuk bagi mereka yang “sekolahan”. Sebab banyak sekolah bukan mewadahi proses belajar-mengajar melainkan sekadar belajar-diajar. Untuk itulah perlu dilakukan sebuah organisasi kurikulum yang memadai sehingga akan muncul bahan ajar yang dapat membelajarkan siswa. Sebab, menurut hemat penulis jika siswa sudah terbentuk menjadi pribadi pembelajar, semua hal terkait kurikulum sekolah tidak penting lagi baginya. Siswa pembelajar tentu akan dengan sadar menyusun kurikulum sendiri yang mungkin jauh melampaui efektifitas kurikulum sekolahan bagi dirinya. Dalam konteks pembelajaran bahasa Arab di Indonesia, tentu saja penyusunan kurikulum dan pengorganisasiannya terkait dengan dua tujuan yang menjadi motif bangsa Indonesia belajar bahasa Arab: (1) belajar bahasa Arab sebagai alat untuk beribadah, memehami agama dan ilmu agama, dan mengadakan kontak dengan kaum muslimin di seluruh dunia, dan (2) belajar bahasa Arab untuk tujuan mendalaminya atau untuk tujuan professional (khusus). Jika tujuan yang pertama yang dikejar maka lebih tepat dengan pendekatan nadzariyatul wahdah, sedangkan yang kedua akan lebih efektif jika menggunakan teori nadzariyyatul furu’. Tugas guru dalam konteks ini adalah mengorganisir bahan ajar dengaan memperhatikan scope, sequence, kontinuitas, keseimbangan dan integrasi serta distribusi waktu. Wallahu a’lam bi al shawab. H. Daftar pustaka Hamalik, H. Oemar, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009) cet. Ke-3. http://luqmanmaniabgt.blogspot.com/2011/10/macam-macam kurikulum-organisasi.html, diakses pada tgl 15 oktober 2012, jam 11.58 Indiarto, A Ferry T., Kurikulum yang Mencerdaskan Visi 2030 dan Pendidikan Alternative, (Jakarta: Kompas, 2007) Nasution, S. , Pengembnagan Kurikulum, ( Bandung: PT. Citra AdityaBakti, 1993), cet. Ke-5 . - Asas-asa Kurikulum, ( Jakarta: Bumi Aksara, 1993), Rusman , Manajemen Kurikulum, (Jakarta: PT RajawaliPers : 2011), cet. Ke-3. Wina, Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011) cet. Ke-4.

No comments:

Post a Comment

Pragmatisme Manusia Moderen

Pragmatisme Manusia Moderen Sejak bergulirnya Era reformasi Indonesia sudah Berganti 5 kali kepemimpinan Presiden Namun ekonomi bukan semak...